Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Umroh Paylater: Mungkinkah Ibadah Berujung Beban Duniawi?

21 September 2025   11:50 Diperbarui: 21 September 2025   11:50 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Ibadah umroh. | Image by Unsplash/Sam Riz

Daya Tarik Umroh Paylater: Janji Indah Sebuah Jalan Pintas

Di tengah kemajuan teknologi, cara kita beribadah pun mengalami perubahan. Fenomena Umroh Paylater menjadi bukti nyata. Konsepnya sederhana yaitu berangkat ke Tanah Suci lebih dulu, lalu bayar biayanya dengan cara dicicil. Bagi banyak orang, ini seperti mimpi yang jadi kenyataan. Mereka yang selama ini hanya bisa berangan-angan pergi umroh karena keterbatasan dana, kini merasa ada jalan yang terbuka lebar.

Biro-biro perjalanan umroh dan perusahaan teknologi keuangan (fintech) gencar menawarkan layanan ini. Mereka menampilkan iklan yang menyentuh hati, menyoroti kemudahan prosesnya dan cicilan yang ringan. Semua terlihat mudah dan tanpa beban. Calon jamaah hanya perlu mengisi data, mengajukan pinjaman, dan menunggu persetujuan. Tidak perlu menabung bertahun-tahun atau mengumpulkan uang dalam jumlah besar.

Bagi sebagian orang, Umroh Paylater adalah solusi yang brilian. Mereka berpikir, daripada menunggu dana terkumpul yang belum tentu cepat, lebih baik segera berangkat. Mereka yakin bahwa dengan mencicil, beban finansial tidak akan terasa berat. Niat suci untuk beribadah bisa segera terlaksana, sementara urusan pembayaran diurus belakangan.

Iklan-iklan yang beredar seringkali hanya menyoroti kebahagiaan para jamaah yang berhasil berangkat. Mereka menampilkan senyum haru saat melihat Ka'bah. Hal ini menciptakan persepsi bahwa Umroh Paylater adalah cara yang paling cepat dan mudah untuk menunaikan ibadah. Banyak orang merasa terdorong untuk segera mengambil kesempatan ini, takut kelewatan.

Namun, di balik semua janji indah itu, ada sebuah pertanyaan besar yang harus dijawab. Apakah kemudahan ini benar-benar sebuah solusi, atau justru menyimpan risiko tersembunyi yang bisa membawa masalah di kemudian hari? Narasi ini tidak akan lengkap tanpa membahas sisi lain dari koin yang sama.

Menguak Jebakan Tersembunyi: Ketika Niat Suci Berubah Menjadi Beban Duniawi

Meski terlihat sederhana, Umroh Paylater sejatinya adalah pinjaman. Dan layaknya pinjaman, ada bunga dan biaya-biaya tambahan yang harus dibayar. Banyak jamaah yang terbuai oleh nominal cicilan bulanan yang kecil, tanpa sadar bahwa total biaya yang harus mereka lunasi jauh lebih besar dari harga paket umroh tunai. Ini adalah jebakan finansial yang tidak terlihat.

Beban sesungguhnya baru terasa ketika cicilan dimulai. Gaji bulanan yang biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kini harus dipotong untuk membayar utang umroh. Kondisi ini memaksa seseorang untuk hidup lebih hemat. Belanja kebutuhan rumah tangga harus dikurangi, bahkan terkadang sampai mengorbankan hal-hal penting lainnya. Hidup yang seharusnya tenang, kini dipenuhi oleh rasa cemas.

Masalah bisa menjadi semakin rumit jika terjadi hal tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan, sakit parah, atau kebutuhan mendesak lainnya. Ketika pendapatan hilang, cicilan yang tadinya ringan bisa berubah menjadi beban yang sangat berat. Denda keterlambatan akan menumpuk, membuat total utang membengkak dan sulit untuk diselesaikan.

Beban ini tidak hanya soal uang. Ia juga memengaruhi mental dan ketenangan batin. Ibadah yang seharusnya membawa kedamaian dan kekhusyukan, kini tercampuri oleh rasa khawatir akan utang yang belum lunas. Seseorang bisa saja merasa tidak sepenuhnya merdeka saat beribadah, karena pikirannya masih terbebani oleh kewajiban finansial. Ibadah suci yang seharusnya murni, kini terasa seperti transaksi bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun