Mohon tunggu...
Hariadhi
Hariadhi Mohon Tunggu... Desainer - Desainer

Ghostwriter, sudah membuat 5 buku berbagai Dirut BUMN dan Agency Multinasional, dua di antaranya best seller. Gaya penulisan berdialog, tak sekedar bernarasi. Traveler yang sudah mengunjungi 23 dari 34 provinsi se Indonesia. Business inquiry? WA 081808514599

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tumpangsari Insidensial

31 Oktober 2020   20:11 Diperbarui: 31 Oktober 2020   20:19 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Saya berpikir, tidak heran ya Orang Sunda hidupnya sehat, kulitnya halus, badannya langsing, dan berumur panjang seperti para penganut Zen.

Awalnya saya berpikir kebun sawit hanya ada di sekitaran Subang yang relatif hangat dan dekat ke laut. Tapi anggapan saya dibantah oleh seorang penjual susu yang berkampung halaman di sekitaran Bogor.

"Ada kok di Bogor. Tapi di Bogor jangan belok ke kiri, itu ke Puncak, itu mah adanya Kebun Teh. Coba kamu belok ke kanan, ke barat, ke arah kampus IPB, lewat Leuwiliang. Setelahnya, ada kota kecil bernama Jasinga. Di situ banyak kebun sawit."

Setengah tak percaya, saya bergegas memacu sepeda motor butut saya ke Bogor. Tentu saja makin lama makin menanjak, karena Bogor adalah dataran tinggi dengan banyak bukit. Di selatannya ada Gunung Salak.

Mentari hampir terbenam saat saya tiba di Jasinga. Dalam keadaan hujan rintik-tintik, saya menepi di sebuah warung yang menjorok ke dalam kebun sawit milik PT Perkebunan Nusantara, terkenal dengan singkatan PTPN, BUMN yang khusus mengelola bisnis pertanian.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Walau tak murni tumpangsari, namun di tepian kebun, rimbun sekali pohon pepaya, ubi jalar, dan talas. Talasnya ukuran raksasa, khas Bogor

"Itu mah kerjaan karyawan sini. Memang diizinkan perusahaan, asal tidak sampai mengganggu pohon sawitnya," terang Bu Fitri pemilik warung. Ia sendiri ternyata istri salah seorang pegawai di sini.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
"Yang penting jaraknya dijaga, jangan sampai menempel ke sawit, karena bisa-bisa nanti malah mengundang hama atau mengganggu sawitnya. Pisang itu termasuk yang tidak dibolehkan," sambung Pak Alit, suami Bu Fitri.

"Di sini memang perusahaan banyak memberi kontribusi ke masyarakat sekitar. Banyak fasilitas jadi terbangun," sambung Bu Fitri.

"Jalan ke dalam kebun itu juga diperbolehkan karena menguntungkan untuk mengangkut panen oleh perusahaan, lalu dipakai juga oleh warga." Tambahnya lagi.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Pak Alit kemudian menjelaskan bahwa keberadaan kebun sawit di sana sebenarnya banyak menguntungkan lingkungan sekitar. Namun ia mengeluh banyaknya serangan terhadap sawit yang dilakukan negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun