Mohon tunggu...
Dian Chandra
Dian Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog mandiri

Pemilik buku: Sapatha dari Negeri Seberang (2021), Lalu (2022), Relung (2022), Jalan-jalan di Bangka (2022), Hen (2022), Aksara Anindya (2022), Aksara Mimpi (2023), Diary para Hewan (2023), dan Kepun (2023)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Napas-Napas Nelayan

1 September 2022   15:45 Diperbarui: 1 September 2022   21:25 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hutan yang mencekam. Sumber: Pexels/Alfo Medeiros

NAPAS-NAPAS NELAYAN  || Puisi Dian Chandra

 
aku masih menelusuri
jejak hantu
di rimba keratung
yang membikin demam
serta mengantarkan ketakutan
dalam gigil penjagal hutan
 

jika kelak kutemukan
mungkin satu hantu
atau
ratusan
akan kusematkan di kampungku
yang ramai tambang timah
membikin nelayan kenyang keluh
berhari-hari
sebab ikan lenyap
sebab laut memendam lumpur kelam
 

entah pada kelekak yang mana
hantu itu berumah
menyembunyikan kengerian
dalam hati yang baik

 
sedang aku membikin tulah
dari serapah pencarian berhari-hari
teruntuk penambang nakal
melaut untuk mencuri kehidupan
dari napas-napas nelayan
dan
ikan-ikan

 
Toboali, 05 April 2022

 
Catatan:
Puisi terinspirasi dari maraknya tambang timah di sekitar pantai Batu Perahu dan pantai Nek Aji di Bangka Selatan. Adapun Rimba Keratung adalah nama hutan di Bangka Selatan yang terkenal dengan keangkerannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun