Kehidupan nelayan itu memang keras dan penuh tantangan. Dikatakan demikian, guna menghidupi anak dan istrinya, para nelayan tadi harus mengarungi laut dengan hadangan gelombang ombak yang mengancam nyawa.
Demi mempertahankan asap dapur tetap mengebul, para nelayan tadi berlayar ke lautan menangkap ikan hingga larut, bahkan bermalam di tengah laut. Setelah hasil tangkapannya terkumpul, maka sebagian dijual ke pasar ikan, selebihnya untuk makan anak-anak dan istri.
Meski gaji nelayan tak semewah pilot pesawat komersil, para nelayan ini tetap gagah berani mengarungi luasnya lautan yang seakan tanpa ujung pangkalnya.
Hal mengerikan pernah saya alami ketika bersama beberapa kawan menuju sebuah perusahaan Nikel yang berada di seberang laut.
Berangkat dari Pelabuhan Desa Tinobu menggunakan transportasi laut menuju ke lokasi kegiatan perusahaan tambang Nikel yang terletak di Desa Waturambaha, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kab. Konawe Utara, pada September 2023 lalu.
Untuk menuju ke lokasi tersebut bisa juga melalui jalur darat, namun jalurnya berkelok-kelok dan curam, jadinya memakan waktu selama 4 sampai 6 jam, tergantung cuaca. Apabila cuaca bersahabat, naik perahu besar maupun speedboad hanya ditempuh dalam waktu 2 jam lamanya.
Bedanya kalau lewat darat bisa singgah istirahat di beberapa lokasi, namun tidak demikian dengan jalur laut, kecuali kehabisan bahan bakar minyak, terpaksa istirahat sembari terombang-ambing di lautan.
Dan itu sempat kami alami, dimana speedboad berbahan fiber itu sempat mogok. Tak butuh waktu lama sang driver segera menyalakan mesin jetnya agar perahu tidak tenggelam diterjang ombak.
Dengan segala perjuangan nelaya tadi dan kawan-kawan,, pada akhirnya ketika menjelang maghrib, sampailah kami dibibir pantai.