Saya telah mengajar selama lebih dari lima belas tahun. Di ruang kelas yang pengap, dengan papan tulis yang sudah menguning, di tengah kursi-kursi reyot yang tetap diduduki anak-anak penuh semangat. Saya melihat sendiri bagaimana anak-anak belajar bukan karena kurikulum, tapi karena mereka ingin dipahami.Â
Mereka ingin didengar. Mereka ingin diakui. Namun yang terus berubah bukan kebutuhan mereka---yang terus berubah adalah sistem yang seharusnya memberi arah bagi masa depan mereka.
Indonesia bukan lagi sakit. Indonesia sekarat. Bukan karena kekurangan guru berkualitas, bukan pula karena anak-anak malas belajar. Kita sekarat karena pendidikan dikelola seperti proyek politik jangka pendek. Setiap menteri datang dengan euforia baru, dengan janji-janji perubahan, dengan slogan-slogan menawan, dan yang tak pernah absen: kurikulum baru.
Catat ini:
- 2006: KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
- 2013: Kurikulum 2013
- 2016: Revisi Kurikulum 2013
- 2020: Kurikulum Darurat Pandemi
- 2022: Kurikulum Merdeka
- 2025: Lalu apa lagi?