Mohon tunggu...
Hanzizar
Hanzizar Mohon Tunggu... Pengamatiran

Pengamat sosial, penulis, pembelajar yang ikut mengajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Sebetulnya Cerdas, Tapi Kalau Ortunya Toxic...

29 April 2025   13:19 Diperbarui: 29 April 2025   13:19 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang Tua Toxic (Sumber: Mychildrenschildren)

Mereka bilang matematika tidak penting. Bahwa rumusnya terlalu banyak dan tidak terpakai dalam kehidupan nyata. Bahwa trigonometri dan integral hanyalah beban akademis tanpa manfaat jangka panjang. 

Namun, izinkan saya bertanya: apakah hidup tidak membutuhkan logika? Apakah sukses tidak bertumpu pada kemampuan memecah masalah kompleks? Apakah dunia kerja tidak menuntut disiplin dan konsistensi---kualitas yang justru diasah melalui perjuangan matematika? Karena sejatinya, matematika bukanlah sekadar angka dan rumus; ia adalah latihan mentalitas untuk menghadapi kehidupan yang tak pernah sederhana.

Ketika anak-anak mulai bertanya, "Kenapa aku harus belajar ini? Nggak kepake!" sadarlah bahwa pertanyaan tersebut bukanlah murni dari pikiran mereka. 

Pertanyaan itu adalah gema dari keputusasaan orang dewasa yang lelah, yang mungkin kecewa dengan sistem pendidikan atau bahkan dengan pencapaian mereka sendiri, lalu tanpa sadar, menanamkan keputusasaan itu dalam pikiran generasi penerus. 

Mereka tidak menciptakan keraguan itu---mereka mewarisinya dari bisikan-bisikan yang terdengar di meja makan, dari keluhan yang tak sengaja terucap di depan mereka. Dan kini pandangan sempit ini menjadi racun yang perlahan menggerogoti potensi anak-anak kita.

Pertanyaan seperti itu adalah kesesatan logika yang berbahaya. Pola pikir terbalik ini adalah warisan dari generasi yang tidak melihat nilai dari proses pembelajaran. Mereka tidak memahami bahwa setiap soal matematika yang rumit adalah miniatur kehidupan nyata---sebuah latihan untuk menghadapi masalah dengan ketenangan, kegigihan, dan strategi yang tepat. Ketika Anda berkata, "Ini tidak akan berguna nanti," Anda sedang menanamkan benih keraguan yang akan tumbuh menjadi pohon penyesalan di masa depan.

Jika Anda masih berpikir bahwa tidak semua pelajaran sekolah akan terpakai, izinkan saya mengajukan pertanyaan: beranikah Anda memastikan jalan hidup anak Anda dua puluh tahun ke depan? Dapatkah Anda menjamin dengan pasti bahwa mereka tidak akan membutuhkan pengetahuan yang hari ini Anda anggap tidak penting?

Mari kita refleksikan sejenak. Pelajaran olahraga yang dulu Anda nikmati, pernahkah Anda mempertanyakan kegunaannya? Untuk apa berlari mengelilingi lapangan jika kini Anda hanya berlomba dengan tenggat waktu? 

Untuk apa latihan basket jika yang Anda lempar sekarang hanyalah ide dalam rapat? Anda tidak mempertanyakan itu karena Anda menikmatinya. Namun, ketika anak Anda berjuang dengan aljabar atau kimia, tiba-tiba Anda berubah menjadi penilai pragmatis yang menuntut hasil instan dan aplikasi langsung.

Ini bukan soal "akan terpakai atau tidak"---ini tentang transformasi diri. Tentang menjadi manusia yang utuh, tangguh, dan siap menghadapi perubahan zaman yang tidak terprediksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun