Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Melihat Cina Kuno Via Kaisar Terakota Qin (Sebuah Resensi Buku)

28 Februari 2020   20:07 Diperbarui: 28 Februari 2020   20:42 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul depan buku (Sumber foto : pribadi)

Judul Buku  : Qin Kaisar Terakota

Pengarang  : Michael Wicaksono

Penerbit       : PT. Elex Media Komputindo

Tahun           : 2013

Tebal buku : 370 halaman

Intrik politik, sejarah, strategi perang dan munculnya teori-teori mengelola negara, secara ringkas dibahas dalam buku ini. Inilah yang menjadi daya tarik dari buku ini, yang disusun secara runtut mengenai sejarah negara-negara dan dinasti di Cina dari sebelum dan sesaat setelah disatukan oleh Kaisar Qin pertama yang dikenal dengan sebutan Qin Shi Huangdi. 

Dalam sejarah kuno sebelum berkuasanya Kaisar Qin Pertama, sejarah Cina dibagi menjadi tiga periode utama yaitu periode dinasti Zhou Barat dan Zhou Timur, era Musim Semi dan Gugur, serta Masa Negara-negara Berperang.

Hikayat sejarah mengenai periode-periode yang telah diungkapkan di atas ini ternyata ditulis berdasarkan catatan seorang sejarawan agung Cina, Sima Qian (145-86 SM) yang hidup pada era pemerintahan Kaisar Wu dari Han Barat dalam karyanya berupa Kitab Sejarah dan Catatan Sejarah Agung. 

Selain itu penulis juga merujuk pada tulisan sejarawan lainnya  berjudul Intrik Negara-negara Berperang yang ditulis oleh Lu Xiang (77-8 SM) yang jalan cerita sejarahnya tidak terlalu berbeda dengan catatan Sima Qian, cuma dalam kitab ini, Lu Xiang memberikan pemaparan mengenai penjelasan dalam hal persaingan militer dan peperangan antar negara-negara yang ada pada saat itu.

Buku ini juga mengupas secara ringkas mengenai prinsip Legalitas dalam mengatur negara, salah satu tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah Wei Yang atau juga dikenal sebagai Shang Yang. 

Dalam nasihatnya yang diberikan kepada penguasa Qin saat itu yang bernama adipati Xiao (Qin pada  saat itu adalah merupakan negara bagian dinasti Zhou), untuk membuat negeri Qin menjadi kuat harus dilakukan tiga hal yaitu pertama memerlukan pasukan kuat dan makanan berlimpah, hal kedua memberikan kepangkatan militer berdasarkan kemampuan dan menghapus sistem pemberian pangkat secara turun termurun, hal ketiga adalah membuat aturan hukum yang jelas serta melakukan tindakan hukum tanpa pandang bulu. 

Sayangnya Shang Yang akhirnya mati karena aturan yang dia buat sendiri, ketika terjadinya pergantian penguasa Qin baru (Raja Huiwen). 

Sang penerus yang merasa dendam kepada Shang Yang akibat hukuman yang pernah diterimanya dahulu itu membuatnya dendam dan ingin menghukum Shang Yang.

Ying Zheng, Sang Kaisar Qin Pertama

Cerita sejarah mengenai kisah perjuangan Ying Zheng (nama kecil Qin Shih Huangdi), dikupas dengan baik dan merupakan bagian penting dari buku ini. Mulai dari asal usul dari Ying Zheng yang dirumorkan sebagai anak haram dai Lu Buwei (pedagang emas dari negeri Han yang menjadi perdana menteri negeri Qin) dengan selir Zhao, proses penyatuan Cina dalam peperangan dengan negara-negara lainnya, sampai pada cerita pembangunan  Tembok Besar Cina pada masa dinasti Qin. Banyak hal menarik mengenai sepak terjang Ying Zheng untuk menyatukan negeri Cina yang dibahas dalam buku ini.

Salah satu langkah awal Ying Zheng untuk melakukan penyatuan Cina adalah merekrut orang-orang berbakat, yaitu salah satunya adalah Li Si yang direkomendasikan oleh Lu Buwei. Dalam catatannya Sima Qian menulis sebagai berikut :

"Mengenai Li Si, adalah orang dari Shangcai di Chu. Semasa mudanya (ia)  menjadi pegawai kecamatan. (Ia) melihat tikus yang kelaparan di pinggiran rumah, yang selalu ketakutan pada orang dan anjing. Li Si masuk ke gudang, melihat tikus-tikus di gudang, makanannya berlimpas, tinggal di tempat yang besar, dan tidak perlu khawatir pada orang dan anjing. Maka Li Si ini menghela nafas dan berkata,'Karakter manusia juga tidak berbeda dengan tikus, lingkungannya menentukan (apakah ia akan berhasil atau tidak)." (Kitab Sejarah-Kumpulan Kisah Li Si)

Seiring dengan ide dan gagasan Li Si yang cocok dengan visi dan misinya, Raja Qin langsung melaksanakan reformasi yang berbeda dengan apa yang  telah dilakukan oleh raja-raja Cina sebelumnya. Salah satunya yaitu dengan mengadopsi ajaran Legalisme yang diungkapkan oleh Han Fei Zi, seorang keturunan bangsawan negeri Han. 

Ajarannya ini adalah memadukan ajaran-ajaran legalisme dari masa lalu dan terangkum dalam buku Guru Han Fei, sayangnya ia tidak bisa menyaksikan hasil ajarannya itu, karena ia keburu dihukum mati dengan minum racun. Setelah ia naik tahta menggantikan ayahnya, yang hanya memerintah negara Qin selama hanya tiga tahun saja, ia merubah namanya menjadi Raja Zheng dari Qin dan memulai penaklukan negara-negara seperti Han, Wei, Zhao, Yan, Qi dan Chu.

Ketika Raja Qin menyatukan Cina , ia merubah gelarnya  menjadi Qin Shih Huangdi (Kaisar Qin Pertama) karena ia merasa prestasi menyatukan Cina melebihi raja-raja Cina sebelumnya sehingga ia merasa layak mendapatkan gelar Kaisar. 

Sesuai dengan gagasan Legalisme Han Fe Zi, maka ia tidak membagi-bagi wilayah taklukan kepada para bangsawan, malahan daerah-daerah itu dijadikan semacam daerah karesidenan yang pejabatnya dipilih langsung oleh Kaisar. 

Pejabat-pejabat yang ditunjuk tidak mempunyai wewenang seperti halnya bangsawan feodal terdahulu yang memiliki kebebasan untuk memiliki pasukan dan mengatur keuangan daerah sendiri. Jadi sistem pemerintahannya sesuai dengan ajaran Han Fei Zi, yaitu pemerintahan terpusat.

Qin Shih Huangdi, terlepas dari kontrversinya yang terkenal kejam, yaitu pernah memerintahkan pembakaran karya cendikiawan  selain bermazhab legalisme dan mengubur hidup-hidup para sarjana Konfusianisme.

Ia mempunyai peninggalan penting yang akhirnya masih dipakai oleh masyarakat Cina sekarang yaitu: penyeragaman tulisan, penciptaan mata uang tunggal, penyeragaman sistim ukur, makam terakotanya dan Tembok Besar Cina.

Secara garis besar buku karangan Michael Wicaksono ini layak dikoleksi, walaupun bagi para pembaca yang belum pernah mengenal sejarah Cina kuno mungkin agak bingung dengan nama-nama dan hal-hal lain yang ada dalam buku ini, karena ada beberapa tradisi Cina yang memang perlu sedikit dipelajari agar tidak bingung. 

Untungnya sang pengarang memberikan beberapa catatan kaki penting yang memberikan penjelasan yang dapat memberikan informasi mengenai hal-hal yang memang perlu dijelaskan sehingga pembaca bisa mengerti dan melanjutkan membacanya dengan baik. (hpx)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun