Mohon tunggu...
Hanif Galih Pratama
Hanif Galih Pratama Mohon Tunggu... Bankir - Economist, Traveler, Writer

Senang melihat berbagai hal dari sudut pandang ekonomi-sosial.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merajut Nusantara di Usia 75

15 Agustus 2020   12:55 Diperbarui: 15 Agustus 2020   12:48 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tantangan yang dihadapi untuk mendistribusikan kekayaan tersebut lebih kompleks dilakukan di negara kepulauan seperti Indonesia, dibandingkan negara yang berada dalam satu daratan yang sama. 

Oleh sebab itu beberapa tahun silam pemerintah menggagas program toll laut dengan mengoperasikan kapal-kapal berukuran raksasa yang membawa barang logistik, untuk kemudian dipindahkan ke kapal-kapal yang lebih kecil sehingga dapat menjangkau daerah terluar di Indonesia. 

Harapan besar yang dibawa oleh program toll laut ini adalah berkurangnya disparitas harga barang di daerah terpencil, sehingga perekonomian disana dapat lebih efisien.

Melihat konsep diatas, kendala program toll laut sudah dapat diprediksi sejak awal, yaitu inefisiensi. Kapal di jalur toll laut terpaksa harus diberikan subsidi transportasi agar harga barang yang diangkut ke wilayah terpencil dapat dijaga rendah. 

Lebih jauh, beban subsidi akan lebih besar karena kapal tersebut, besar kemungkinan, akan kembali ke Jawa dengan muatan yang kosong karena tidak ada cukup banyak barang yang diangkut untuk dapat dijual kembali. 

Dalam jangka pendek pemberian subsidi ini dibutuhkan agar program dapat berjalan. Namun jika terus dibiarkan, dalam jangka panjang nilai subsidi toll laut yang mencapai Rp350 milliar per tahun tersebut dapat terus bertambah. Ide besar untuk menciptakan efisiensi dari toll laut dapat berbalik arah menggerus keuangan negara.

Indonesia adalah negara yang luar biasa besar. Karenanya untuk meratakan pembangunan nasional perlu diciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang merata secara geografis, tanpa harus menunggu "trickle-down effect" yang bersumber dari Jawa. 

Langkah yang paling tepat adalah dengan melakukan industrialisasi pada komoditas sumber daya alam yang selama ini banyak diekspor mentah. Indonesia tengah menghadapi tantangan deindustrialisasi dimana pangsa sektor industri terhadap perekonomian nasional terus menurun, dari 26% di tahun 2000 menjadi 20% di tahun 2019. Industrialisasi komoditas mentah dapat menjadi angin segar untuk menjawab permasalahan tersebut.

Hal lain yang membuat program industrialisasi komoditas mentah menjadi ideal adalah karena adanya kecocokan antara supply dan demand. Dari sisi supply, kekayaan alam di Indonesia tersebar di seluruh penjuru nusantara, baik yang dibawah maupun diatas tanah. Pulau sumatera masih berlimpah akan kandungan timah, karet, maupun minyak kelapa sawit yang merajai pasar dunia. 

Sementara di Kalimantan, selain kaya akan hasil hutan, dilimpahi dengan kandungan minyak dan batu bara sebagai sumber energi. Sulawesi pun demikian, yang bertaburan kandungan bijih nikel atau hasil kebun kakao dan sektor pertanian lainnya. Dan tidak perlu diragukan lagi, Papua di ujung timur Indonesia, adalah raksasa tambang emas dan tembaga yang selama ini masih terjual mentah.

Tidak berhenti sampai disitu, kekayaan alam Indonesia masih dapat ditemui hingga ke dasar lautan. Potensi perikanan tangkap di Indonesia tersebar merata di seluruh wilayah perairan dengan estimasi mencapai lebih dari 6,2 juta ton per tahun. Kemaritiman Indonesia juga menjadikannya berkah sebagai destinasi wisata berkelas dunia yang mendatangkan Rp280 triliun devisa turis per tahunnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun