Mohon tunggu...
Hanifah Fitri
Hanifah Fitri Mohon Tunggu... Administrasi - Self Improvement

Tips Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerbung] Part 1 Putih Abu - Abu

23 Mei 2020   07:17 Diperbarui: 23 Maret 2021   13:17 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak kemarin malam aku  mengurung diri di kamar. Pikiranku kacau, kulihat pada cermin mataku memerah dan bengkak hasil menangis sepanjang malam.

" ini semua salahku" batinku dalam hati.

" aku yang memulai, aku juga yang harus menyelesaikan"

Tanpa pikir panjang aku mengambil ponselku dan mengusap layar kunci. Membuka aplikasi whatsApp dan mencari kontak dengan nama Dito. Segera aku mengetik pesan singkat untuknya.

Aku ingin segera mengakhiri hubungan ini

Aku matikan ponselku menyelipkannya dibawah bantal dan menindih dengan mukaku. Berharap dia tidak mengiyakan keinginaku tersebut. Aku terus menggerutu bagaimana jika ini berakhir. Bagaimana pujaan hatiku yang sudah melewati angka 1 tahun bersama akan meninggalkanku. Hari-hari yang selama ini aku dan dia lalui.

Dengan perasaan tidak karuan antara ingin dan tak ingin, kembali aku mengaktifkan ponselku. Belum ada jawaban darinya. Sambil menangis aku masih menunggu. Berharap semua ini segera berakhir.

Aku masih memandangi ponselku, terus merefresh berharap ada jawaban darinya. Aku melirik sudah pukul berapa sekarang. Ternyata sudah pukul 2 pagi. Apakah dia sedang tidur? Apa aku keterlaluan mengirim pesan padanya sepagi ini.

Notif pesan masuk darinya.

Dito : Kenapa? hasil ujian tengah semestermu turun lagi?

Lisa : Bagaimana jika kita sudah sampai disini?

No response again. Tidak biasanya dia membalas pesanku begitu lama. Aku tau betul dia adalah manusia yang susah tidur dimalam hari. Biasanya kami chattingan sampai larut malam.

Sampai pagi dia tidak menjawab pesanku. Karena hari ini adalah hari libur, aku memutuskan untuk tetap berada di kamar sampai waktu yang belum ditentukan. Aku terus menunggu berharap dia tidak mengiyakan keinginanku.

Kumohon ini hanya caraku menyampaikan bahwa aku tidak sedang baik-baik saja. Aku ingin tetap bersamamu tapi aku membenci diriku sendiri karena tidak bisa mendapatkan hasil ujian yang memuaskan. I need your support.

Jarum jam menunjukkan tepat pukul sembilan. Terdengar suara mesin motor yang tidak asing ditelingaku. Aku beranjak dari tempat tidur, ingin memastikan bahwa itu benar-benar kamu. Tapi aku urungkan niatku untuk melihatmu. Egoku masih berkata tidak usah temui kamu. Bukankah aku yang menginginkan perpisahan itu terjadi?

Tok... tok

"Non, ada mas Dito di luar"

Terdengar suara Bude dari luar pintu kamarku. Akhirnya pertahananku runtuh, aku tak kuat menahan rasa ingin berjumpa dengannya. Segera aku membuka pintu kamarku.

"iya bude, Lisa segera keluar" kataku lemas. Meski tidak melihat matanya, aku merasa bude tersenyum sambil melihat diriku yang lusuh ini. Tanpa berkata apa-apa lagi bude sudah paham apa yang harus dia lakukan. Bude tidak akan menginterogasi atau menyuruh aku berbenah diri untuk menemui Dito.

Bude adalah orang yang menggantikan peran mamah selama mamah bekerja di luar kota. Mesti tidak ada ikatan darah, lebih sopan aku memanggilnya bude daripada panggilan lain seperti mbak,mbok,dan lain sebagainya.

"ada apa Dit?" tanyaku sambil memainkan ponsel tanpa melihat wajahnya.

"duduk dulu sini, aku ngga mau putus" katanya pelan.

"tidak mau, kita harus putus. Papah dan mama akan sangat marah besar jika mengetahui nilaiku jelek".

"aku tetap tidak mau putus darimu".

Dito mendekapku pelan, kurasakan nyaman pelukan yang sama seperti hari-hari sebelumnya. Pelukan yang sangat hangat, yang aku harap tidak akan pernah berubah. Aku tumpahkan tangis yang sudah tak kuasa aku bendung.

"tenang... aku akan selalu disisimu dan tak akan pernah mau jika kamu ajak putus" ucap Dito ditelingaku dan mengusap rambutku.

"tapi aku takut"

"it's just a mid semester babe, let's move on. Papah dan mamah kamu harusnya tidak perlu menuntut nilai yang tinggi karena kamu sudah menjadi juara. Kamu bintang di kelas. Mungkin kemarin kamu hanya merasa lelah dan sedikit tidak konsentrasi"

"really? Apakah aku harus menyembunyikan ini kepada papah dan mamah?"

"iya ini cuma uts, kamu terbiasa mendapat nilai paling bagus di kelas saat ujian akhir"

"ok babe"

Aku mulai bernafas lega, perasaan tenang mengalir disetiap darah tubuh ini. Aku memang selalu tidak siap mendapat peringkat selain peringkat satu. Merasa mood aku sudah baik, aku memutuskan untuk mandi.

***

Ekhemm...

Sudah lama wanita setengah abad itu berdiri mengamati anak muda yang asik memainkan ponselnya. Mata wanita itu menyelidik mata anak muda yang terlihat gugup mengetahui keberadannya.

"eh bude, udah lama di situ?" Dito berbicara terbata-bata merasa tidak enak karena sibuk memainkan ponselnya.

"ya ndak apa-apa nang, ini bude bawain  minuman sama cemilan kesukaan kamu dan Lisa. Sepertinya main handphonenya asik sekali,bude takut bikin kamu kaget lho"

Bude ini orang jawa, panggilan nang adalah panggilan kesayangan orang tua kepada anak laki-laki di jawa. Kepada anak siapapun yang ia anggap anak sendiri. Orang jawa selalu memanggil anak laki-laki dengan panggilan nang, lengkapnya adalah lanang, yang artinya adalah laki-laki.

"apaan si bude, kaya orang baru aja sama Dito"

"Lisa itu anaknya perfeksionis, dari SD sampai sekarang SMA kelas XI, selalu menjadi juara kelas. Pernah sekali dia tidak mendapat tiga besar di kelasnya. Papahnya sampai ngamuk, nangis lah dia seperti sekarang ini"

"kelas berapa itu bude?" tanya Dito sambil menyeruput ice dalgona coffe buatan Bude.

"kalau diingat lucu, hanya masalah sepele. Dan dia masih duduk di bangku kelas 3 SD"

"what? Kelas 3 SD bude? Kenapa papah Lisa seserius itu? Kalau mamahnya sama nggak bude"

"kalau mamahnya..." bude terlihat berpikir. Setelah cukup lama pikirannya melayang-layang dia menemukan jawaban yang tepat menggambarkan sosok mamah Lisa.

"mamahnya sosok yang keibuan, dia paham kondisi anaknya dan selalu membela Lisa kalau papahnya memarahinya"

Mendengar bude dan kekasihku asik berbincang, aku muncul dengan keadaan sudah mandi dan rapi.

"siaaaaaap...." Ucapku dengan rasa percaya diri. Sambil menari-nari berputar sesekali di depan mereka berdua mengisyaratkan bahwa aku sudah siap bertemu kekasihku. Dengan keadaan yang tidak seburuk tadi. Hehe

"nona sudah cantik, silakan lanjut ngobrolnya. Bude kembali ke dapur ya non mau masak dulu"

***

"sayang, aku mau poop dulu ya sebentar" kata Dito beranjak dari tempat duduk sambil mengambil ponselnya yang daritadi tadi aku perhatikan bergetar terus.

"hmm iya silakan, tapi bisa ngga kamu tinggalin ponsel kamu"

"ohh ok"

Melihat ponselnya tergeletak di meja aku tidak tahan untuk mengambilnya, aku perhatikan notif terus masuk ke ponselnya. Aku memutuskan untuk membaca notif masuk dari- Anita.

Anita : Aku tunggu di kostan ya kak

Aku segera meletakkan ponselnya dalam keadaan seperti semula. Berharap Dito tidak curiga kalau aku mengecek ponselnya tadi. Dito memang bisa dikatakan cowok yang tampan. Kulitnya sawo matang, mempunyai lesung pipit membuatnya begitu manis.

Dia gemar sekali bermain basket. Postur tubuhnya sudah tidak diragukakan lagi. Memiliki tinggi 170 cm dan berat badan proporsional. Banyak cewek mengagumi dirinya, tidak sekali dua kali dia selalu bercerita ada saja cewe yang mencari perhatiannya.

Setiap ada cewek yang DM dirinya lewat social media miliknya dia selalu memberitahu aku tanpa diminta. Masalah akademik dia selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Bersebrangan denganku aku mengikuti eskul OSIS di sekolah, dia lebih memilih mengikuti eskul kepramukaan. SMA Tunas Bangsa menjadi tempat kami bertemu, tepatnya setahun yang lalu.

"sayang, aku mau ke rumah temen dulu ya. Aku harus menyiapkan perlengkapan popena untuk kegiatan pramuka adik kelas. I'm so sorry. I Love you" katanya sambil mengecup keningku dan segera berlalu meminggalkanku tanpa menunggu ijin dariku.

Aku tidak ingin menerka-nerka, tapi wanita selalu mempunyai best feeling terhadap pasangannya bukan? Kali ini aku mencoba menepis semua pikiran buruk yang sedari tadi mengganggu pikiranku.

Aku tahu betul menjadi anak organisasi. Seharusnya aku memahami kesibukannya.

***

Hari ini adalah hari Senin, hari dimana aktivitas kegiatan sekolahku yang padat. Sementara yang lain datang dan langsung menuju lapangan untuk upacara, aku datang pagi sekali untuk menyiapkan perlengkapan upacara.

Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara. Begitu protocol upacara mengakhiri kegiatan upacara pagi ini.

Murid-murid lain membubarkan diri dan menuju kelas masing-masing. Aku masih saja sibuk harus menata kembali peralatan upacara. Memastikan bahwa semuanya lengkap seperti semula.

"terimakasih ya sa, bapak duluan ke kantor" ucapan terimakasih dari waka kesiswaan sudah tidak asing di kepalaku. Meskipun hanya ucapan terimaksih, aku bersyukur mendapat pelajaran yang tidak aku dapat di kelas. Capek kadang ada, namun aku merasa bahagia melakukan semua ini.

"kak Lisa, ada yang mau Santi katakan" adik kelasku yang seorganisasi denganku.

"oh iya sayang, ada apa?"

"apa kak Lisa dan kak Dito, sudah putus? Maaf sekali kak.."

"tidak apa-apa, memangnya kenapa?" tanyaku dengan eskpresi tidak terlalu kepo supaya dia nyaman berkata yang sebenarnya.

"kemarin aku lihat kak Dito jalan sama Anita"

"anita... "

"iya kak, temen sekelas aku"

Aku sedikit mengingat pesan yang masuk pada ponsel Dito kemarin. Iya, ternyata dugaanku benar. Ponselku bergetar, aku segera mengecek notif yang masuk.

Yogi : Lisa, buru masuk kelas. Pak Agung sudah datang

"Dina nanti sore kakak tunggu kamu di ruang OSIS ya, kakak mau ke kelas dulu. Gurunya sudah datang"

"baik kak, maaf sebelumnya ya"

"it's ok sayang"

Seharian ini aku mencoba konsentrasi dengan materi-materi yang diberikan oleh bapak-ibu guru. Namun, pikiranku selalu berputar-putar apakah benar Dito ada hubungan special dengan Anita. Atau hanya sekedar hubungan antara kakak dan adik kelas saja.

Kriiiing..

Bel tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar hari ini berbunyi, semua teman-temanku berhamburan keluar kelas. Aku segera menuju ruang osis dan akan menyelesaikannya hari ini.

***

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun