Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjemput Ibu

23 Desember 2022   02:58 Diperbarui: 23 Desember 2022   03:04 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak bisa mencegahnya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Pesan whatsap ibu sepanjang itu hanya ku balas. "Jam berapa sampai di Gambir?"

Tak cukup memakan waktu banyak untuk diriku bergegas menjemput ibu di stasiun Gambir. Kebetulan kantorku tidak jauh dari sana. Mungkin lima menit bila tidak macet dengan kendaraan mobil bisa dengan sekali injak gas. Terbayang sosok ibu dengan wajahnya yang teduh yang sebentar lagi kupeluk. Dapat ku rasa aroma tubuhnya di hidungku. 

Sebelum keluar kantor Ario menelpon memberitahukan bahwa kereta yang di tumpangi ibu sudah sampai di daerah Karawang. Barangkali setengah jam lagi kereta akan sampai di Jakarta.

Namun menjelang sore langit Jakarta sebagian di kelilingi mendung kiranya hujan akan tumpah sebentar lagi. Desember tahun ini hujan memang tak bisa di prediksi tetapi aku berharap hujan tak turun bila nanti ibu sampai di Jakarta. Ibu paling tidak suka hujan di Jakarta katanya bikin banjir dan menyebabkan kemacetan panjang di jalan raya keluhnya.

Sesampainya di stasiun Gambir aku tidak langsung keluar menuju lobby stasiun. Aku memilih menunggu ibu di parkiran sampai kereta benar-benar berhenti di stasiun Gambir.

Di dalam mobil aku coba menghubungi ibu lewat telepon genggam namun tak diangkat. Barangkali ibu tengah tidur tapi pikirku tak mungkin. Ibu sangat jarang tidur di kereta biarpun hawa kantuk menyerangnya. 

Bila aku satu kereta bersama ibu pasti sepanjang jalan ia akan bercerita bagaimana dulu ia sering pulang pergi Jogya-Jakarta begitupun sebaliknya saat masih kuliah di Jakarta. Bahkan sampai aku tertidur pun ibu akan terus bercerita.

Lebih dari tujuh kali teleponku tak diangkat. Timbul rasa khawatir dalam diri. Dalam hatiku bertanya apa benar ibu berangkat ke Jakarta dengan kereta Taksaka pagi. Tapi tadi Ario menelpon bilang kalau kereta yang di tumpangi ibu sudah sampai Karawang.

Apa mungkin ada keterlambatan jadwal kedatangan kereta. Perasaanku tak menentu seperti ada yang mengganjal. Perasaan yang sama saat ibu menjodohkan ku dengan Ario mantan suami adikku. Segera aku keluar dari mobil menuju lobby stasiun.

Ternyata kereta Taksaka baru saja sampai. Telat lima menit dari jadwal kedatangan. Sekarang jam 15.20. Aku mencoba menelpon ibu kembali namun hasilnya tetap sama. Nihil. Dari panggilan telepon whatsap aku ganti dengan panggilan telepon biasa tetap saja ibu tak mengangkatnya. Kalau lowbat baterry, aku rasa tak mungkin. 

Hatiku semakin gundah. Berkecamuk pikiranku. Ada ada gerangan. Aku mencoba telepon Ario tapi tak diangkat mungkin ia sedang sibuk di kantornya atau...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun