Langit muntah darah, merah dan jingga.
Mulutnya menelan burung-burung yang terbang merendah.
Udara hangat menempel di sekujur tubuh penuh berkeringat.
Daun-daun bertebaran di jalan raya, kering tanpa daya.
Debu-debu pasrah di angkut angin menuju pusara yang kering, merontokkan bunga-bunga kamboja.
Sejuta serangga bangkit dari tanah menyambut gelap yang sebentar lagi menyala
bagai api unggun para pendaki yang berkemah di puncak gelisah.
Tubuh matahari terbelah menuju ke arah lembah meninggalkan orang-orang bersama kemacetan kota.
Lampu-lampu jalan yang angkuh menghardik mereka menyuruhnya segera pulang ke rumah.
Perempuan-perempuan mata sayu merendam air matanya ke dalam warna langit yang merah.Â
Kepada angin yang berhembus di percikkannya doa-doa.
Di muka pintu mereka menunggu kekasihnya, adzan mengalun dari jauh menggerakan gairah surga.
Gerbang langit tetap terbuka bintang-bintang muncul dari balik sayap-sayap jiwa yang terluka.
Handy Pranowo
28012022