Maka dengan kondisi yang sedih aku ambil jam dinding rumahku itu, ku letakkan di atas pangkuanku.
Tubuhnya kaku dan dingin namun ku lihat wajahnya masih menyimpan kehangatan dari detik jarum jam yang telah berlalu.
Sungguh, hanya dirinya saja yang tak pernah mengulur waktu bahkan ia paham bahwasanya waktu yang lewat tak akan pernah terulang.
Segala sesuatu berjalan ke masa depan, masa lampau adalah sebuah pembelajaran.
Lalu aku kafani ia serta kutaburi sedikit bunga melati, aku kuburkan jam dinding itu di halaman belakang rumah.
Ku iringi dengan doa-doa semoga waktu masih tetap ada dan jarum jam masih terus berputar mengisi sisa umur ku di dunia.
Kan ku ingat selalu baktimu jam dinding di tengah teknologi yang semakin pesat menggelinding.
Nyatanya kematian berlaku bagi siapapun juga dan yang kekal adalah Tuhan Maha Pencipta.
Handy Pranowo
23112021