Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kematian Jam Dinding

23 November 2021   13:41 Diperbarui: 23 November 2021   13:56 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption. Kematian Jam Dinding/pixabay.com

Tepat jam 5 lewat 15 menit menjelang matahari pagi, jam dinding di rumahku mati.

Aku lihat detik dan jarumnya merontokkan diri, angka-angkanya mengelupas meninggalkan aroma yang tak sedap seperti bau bangkai cicak.

Jam dinding itu kacanya buram warnanya coklat pudar, sekujur tubuhnya penuh debu seolah-olah tak ada yang memperhatikannya.

Ia menggantung di bagian sudut rumah yang sering di lewati namun ia selalu sendiri tak ada yang mau mengajaknya berdiskusi.

Tetapi ia begitu tabah setia melayani, tak pernah bosan mengingatkan kepada penghuni rumah yang seringkali lupa waktu, lupa diri.

Jam dinding itu aku beli dari sebuah toko jam di pasar dekat rumah, harganya tiga puluh lima ribu rupiah.

Seorang wanita tua asal Tionghoa adalah penjualnya, ia memakai tongkat, wajahnya keriput dan ia telah banyak memakan waktu.

Katanya jam dinding yang aku pilih ini adalah sisa terakhir yang semacam ini tak mungkin lagi di produksi.

Orang-orang tak lagi memerlukan jam dinding setelah barang persegi empat yang mudah di sentuh semakin akrab bahkan sanggup mencatat semua waktu yang penting. 

Maka dengan kondisi yang sedih aku ambil jam dinding rumahku itu, ku letakkan di atas pangkuanku.

Tubuhnya kaku dan dingin namun ku lihat wajahnya masih menyimpan kehangatan dari detik jarum jam yang telah berlalu.

Sungguh, hanya dirinya saja yang tak pernah mengulur waktu bahkan ia paham bahwasanya waktu yang lewat tak akan pernah terulang.

Segala sesuatu berjalan ke masa depan, masa lampau adalah sebuah pembelajaran.

Lalu aku kafani ia serta kutaburi sedikit bunga melati, aku kuburkan jam dinding itu di halaman belakang rumah.

Ku iringi dengan doa-doa semoga waktu masih tetap ada dan jarum jam masih terus berputar mengisi sisa umur ku di dunia.

Kan ku ingat selalu baktimu jam dinding di tengah teknologi yang semakin pesat menggelinding.

Nyatanya kematian berlaku bagi siapapun juga dan yang kekal adalah Tuhan Maha Pencipta.

Handy Pranowo

23112021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun