Puisi 1
Kita butuh ruang untuk berpuisi.
Dan puisi membutuhkan ruang untuk di pahami.
Bila kau bertanya di mana ruang berpuisi jawabnya di dalam hati.
Dan bila kau bertanya di mana ruang untuk memahami jawabnya ada di dalam hidup ini.
Hidup adalah puisi-puisi terindah yang tanpa di sadari.
Kita telah menulisnya di sepanjang jalan menuju akhir persinggahan.
Maka aku menulis puisi merangkai kisah yang aku lalui
Puisi 2
Telah lahir satu puisi dari rahimmu.
Serupa luka, serupa embun nan semu.
Kerling mata yang rapuh menyimpan segala makna yang luruh.
Dan jari-jemari yang kecil itu ia menggapai erat kelabu rindu.
Puisi 3
Kamu adalah mendung dalam genggamanku.
Yang terus melemparkan senyum.
Meski ku tahu kemarau akan terus berlalu.
Sampai nanti kau sembuh menebarkan kembali hujan dan pelangi baru.
Tak tahukah kamu bagaimana kerinduan itu selalu datang.
Bagai kelebatan halilintar yang menghujam kalbu.
Mungkin aku salah, mungkin aku terlalu.
Namun hadirmu sayang bagai gairahku yang pernah hilang.
Peluk aku seperti pernah ribuan malam berlalu.
Saat kita muntahkan segala sepi di atas ranjang biru.
Berontak terhadap naluri akal, kau dan aku bergemul di dalam kabut.
Menggeleparlah asmara di lantai, di dinding kita tulis namaku dan namamu. "I Love You"