Ayah pergi ke ladang hendak menyemai kata-kata di bawanya pacul dan topi bambu di kepala sedang ibu di dapur meracik rindu menjadi sarapan bagi sajak-sajaknya yang baru saja tumbuh.
Matahari naik perlahan pada pukul enam, burung-burung terbang membawa catatan daftar makanan yang persis sama dengan hari kemarin meski seringkali lupa membawa keranjang.
Rumah-rumah yang berjejer di antara sawah dan gunung masih diam membeku namun lampu-lampu mulai di padamkan di beri waktu istirahat dari jaga tadi malam, anak-anak ayam berebut keluar dari dalam kandang sambil menceritakan mimpinya tentang musang dan ular kadut.
Sebuah pagi yang normal tanpa mendung tanpa kegelisahan dan jalanan aspal di penuhi dedaunan, seseorang atau dua orang, laki-laki dan perempuan mengayuh sepedanya menuju sebuah tempat di mana harapan tumbuh di sana.
Udara sejuk melambai-lambai di pintu jendela, kayu-kayu bakar bertumpuk mengigau di teras belakang, menguap dan saling memeluk. Di luar rumah asap bakaran jerami membumbung tinggi terbang ke langit, aromanya basah sisa semalam di cumbui embun.
Sementara angin menggaruk-garukan badannya di ranting bambu letih dan mengantuk, semalam ia tak tidur dan matanya penuh oleh kabut, ia bawa aroma bawang dan telur goreng dari dalam dapur dan aku terbangun dari tempat tidur.
Handy Pranowo
29032021