Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Diary Pelaut

24 Maret 2021   22:28 Diperbarui: 24 Maret 2021   22:43 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pecah ombak berkejaran di mata.

Punggung langit dan punggung samudera saling berhadap-hadapan

di lewati angin yang datang dari segala arah.

Hei, aku pelaut menyusuri lembah samudera.

Hei, aku pelaut tak gentar dan tak goyah di hantam badai bergelora.

Ku datangi negara-negara jauh yang tersohor dan terkemuka.

Ku sambangi daratan-daratan kecil dengan pantai yang jernih penuh ikan-ikan bercanda.

Ku bebaskan pikiranku mengembara ke ujung-ujung dermaga di mana warna semburat senja menyimpan cerita.

Ku biarkan diriku mendayung pengalaman yang sarat makna bekal hidup kelak di hari tua.

Duhai ibu, duhai tanah pertiwi rinduku kekal abadi kepadamu meski jauh aku berlabuh.

Wahai ibu, wahai tanah pusaka ku ingat selalu wajahmu meski jauh aku mengembara.

Tunggu aku sayang, tunggu aku kekasihmu tercinta, 

telah ku dera rindu dari waktu yang telah ku tempuh, wangi tubuhmu, gelombang rambutmu 

ku dekap selalu meski cobaan bergemuruh di dalam kalbu.

Handy Pranowo

24032021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun