Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

3 Hal yang Sering Menyebabkan Seseorang Merasa Tidak Berbakat

3 Oktober 2020   18:03 Diperbarui: 19 Oktober 2020   21:59 2687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Thinkstockphotos via KOMPAS.COM)

Sebagai guru, saya mendapat banyak sekali pernyataan yang berkaitan dengan “bakat”. Kebanyakan mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai bakat di bidang bahasa Inggris. Makanya mereka membenarkan diri kalau mereka tidak bisa mendapat nilai bahasa Inggris yang memuaskan.

Ada lagi pihak lain yang mengatakan tidak punya bakat di bidang musik sewaktu melihat saya bisa bermain gitar.

“Enak ya, Pak Anton. Sudah pintar bahasa Inggris, mahir main gitar pula. Lha saya? Jangankan bahasa Inggris. Main gitar aja gak bisa meskipun ada gitar di rumah. Gak ada bakat sih di bahasa Inggris dan musik,” kata Toto (bukan nama sebenarnya), mantan murid SD yang sekarang sudah jadi karyawan di suatu perusahaan swasta di Samarinda.

Mendengar soal “tidak punya bakat”, saya jadi teringat pada salah seorang insan yang mungkin termasuk fenomenal di sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karena dialah, kita semua bisa menikmati terangnya cahaya di waktu malam. Siapakah dia?

Dia adalah Thomas Alva Edison, seorang manusia biasa seperti kita, namun mempunyai kepercayaan pada dirinya, bahwa dia mampu. Padahal, sewaktu di sekolah dasar, salah seorang gurunya mengatakan dia “berotak udang”. 

Edison tidak mau sekolah lagi karena tersinggung. Beruntung, sang ibu mengerti bahwa anak laki-lakinya punya potensi luar biasa, sehingga dia mengeluarkan Edison dari sekolah dan mendidiknya di rumah. 

Hasilnya? Kita sudah sama-sama tahu. Edison menjadi sosok penemu dalam berbagai hal.

Berkaca pada Edison, saya menyimpulkan ada 3 (tiga) penyebab kenapa kebanyakan orang menganggap diri mereka tidak berbakat dalam suatu bidang tertentu.

Penyebab Pertama - Ada pihak lain yang mengatakan begitu

Saya heran dengan kebiasaan kebanyakan warga +62. Lebih suka merundung daripada memuji.

Hal yang membuat saya mengelus dada adalah saat ada orang yang menampilkan kebisaan dalam suatu bidang tertentu, tapi malah mendapat perundungan, bully yang tak seharusnya terjadi.

Seperti dalam kasus saya, ada beberapa orang yang mengatakan bahwa permainan gitar saya tidak lancar, jelek, dan lain sebagainya. Padahal, setelah saya telusuri channel YouTube mereka, tidak ada satu pun video yang terdapat di sana.

"Tidak ada karya, tapi berkomentar miring tentang karya orang lain. Disuruh main gitar, pasti belum tentu bisa," batin saya sambil tersenyum dalam hati. Yang mengherankan, justru orang-orang dari benua Eropa, Australia, Amerika, dan negara-negara lain di luar Indonesia justru memberikan apresiasi.

Saya tidak terlalu peduli dengan tanggapan nyinyir dari netizen yang tidak saya kenal dan yang fotonya tidak jelas. 

Seperti halnya Edison yang mendengarkan apa kata ibunya, saya pun hanya mendengarkan apa kata lovers saya, keluarga, teman-teman, dan sahabat-sahabat saya. 

Haters? Untuk apa dipikirin!

Penyebab Kedua - Percaya kalau tak punya bakat

"Memang saya tidak berbakat…"

Saya sudah teramat sering mendengar ngeles tingkat dewa dan dewi seperti di atas dari beberapa murid saya yang berdalih "karena tidak punya bakat berbahasa Inggris", sehingga mengakibatkan mereka tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik.

Begitu juga dengan sejumlah teman yang beralasan "tidak berbakat musik", sehingga tidak bisa memainkan gitar seperti saya, meskipun memiliki gitar di rumah dan sudah bertahun-tahun belajar, tapi tetap tidak bisa memainkan gitar dengan baik.

Ketiadaan bakat merintangi seseorang untuk menguasai suatu keterampilan tertentu?

Kok rasanya lucu mendengar hal tersebut.

Bagi saya pribadi, terlepas dari berbagai teori, setiap manusia punya talenta lengkap yang dianugerahkan oleh Tuhan. Mungkin kadar talenta atau bakatnya berbeda. Ada yang sedikit, sedang, atau banyak.

Namun seberapa banyak pun bakat yang dipunya, kalau kita tidak mengembangkannya, tidak melakukan tindakan atau take action, bakat tersebut akan tetap "tenggelam" dalam angan-angan.

Saya sangat yakin seyakin-yakinnya atas pernyataan Thomas Alva Edison yang sangat bertuah, meninggalkan "jejak" dalam hati sanubari sejak SD.

Apa pernyataan sang penemu yang sulit dicari tandingannya di jagat raya ini?

Pernyataan beliau adalah:

Genius adalah satu persen bakat dan 99 persen keringat

Dia bukan sekadar asal bunyi. Dia bekerja keras, berupaya sekuat tenaga untuk berkarya. Anda bisa membaca bagaimana perjuangan dalam hidupnya yang berlimpah kreativitas dan menghasilkan banyak penemuan penting untuk umat manusia di berbagai sumber di internet.

Jangan sampai pikiran Anda teracuni dan menganggap Anda tak punya bakat untuk mempelajari suatu hal tertentu.

Penyebab Ketiga - Berhenti karena gagal terus

"Kegagalan adalah awal dari keberhasilan"

Entah siapa yang memopulerkan pernyataan di atas, tapi kalimat tersebut benar adanya.

Sebagai contoh, saya dulu, 20 tahun yang lalu, merasa tak punya bakat mengajar. Meskipun berkuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, namun saya berpikir tidak ada "jiwa" sebagai guru.

Sempat berpikir berhenti mengajar di tahun pertama, namun saya teringat akan Edison yang berjuang secara spartan untuk memberikan sumbangsih bagi dunia.

Saya pun terus mengajar. Malah keterusan sampai sekarang. Dua puluh tahun lebih menjalani profesi sebagai guru bahasa Inggris.

Kalau saya berhenti 19 tahun yang lalu, mungkin saya tidak akan menyadari kalau saya punya "bakat" mengajar.

Berhenti sebelum melihat hasil, janganlah dilakukan.

Percobaan ke-1000 Edison menunjukkan bahwa kegigihan akan memberikan hasil. Seandainya dia berhenti, mungkin orang lain yang akan menemukan lampu listrik.

Jadi, kalau saya mendengar ada beberapa teman yang berkomentar bahwa mereka tidak bisa bermain gitar dengan baik, meskipun sudah mempunyai gitar selama bertahun-tahun dan sudah belajar dengan giat, saya kok meragukannya.

Keraguan saya adalah menyoal tentang seberapa keras, seberapa gigih mereka dalam belajar memainkan gitar.

Apakah mereka sudah belajar memainkan gitar dengan giat? Apakah mereka belajar secara sistematis atau asal-asalan? Apakah mereka melewati bagian-bagian yang sukar dan mengabaikannya?...

Kegagalan yang dialami membuat setiap orang bisa "mundur teratur". Padahal seandainya tetap bertahan melakukan, mungkin sudah menggapai keberhasilan.

Secara pribadi, saya pun pernah ingin berhenti berbisnis online. Ketiadaan pembeli membuat saya kehilangan semangat. Namun saya tetap berbisnis. Puji Tuhan, kerja keras tidak mengkhianati hasil. Pembeli berdatangan.

Seandainya saya berhenti berbisnis online, mungkin sekarang saya tidak melihat omzet yang lumayan mengalir di saat pandemi ini, yang lumayan membantu perekonomian keluarga.

* * *

Dari tiga penyebab sebelumnya, saya rasa Anda sudah dapat menyimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai "modal" bakat yang Tuhan berikan kepada masing-masing dari setiap kita. 

Kadar banyaknya bakat tidak kita ketahui. Yang jelas, seberapa pun banyaknya, tidak akan ada gunanya kalau kita tidak melakukan aksi, tindakan nyata, untuk mengembangkan bakat tersebut.

Percuma memiliki gitar berharga puluhan juta rupiah jika malas berlatih memainkan gitar tersebut.

Jadi masih beralasan tak punya bakat untuk menguasai suatu keterampilan tertentu?

Semoga tidak lagi, karena seperti kata Sang Penemu, Thomas Alva Edison, "Genius adalah satu persen bakat dan 99 persen keringat."

Biarpun bakat seperti "terlihat" sedikit, tapi kalau ada kerja keras, akan ada perubahan. Sesedikit apa pun, pasti ada perubahan yang cukup signifikan.

"Kerja keras lebih mengena daripada sekadar dalih 'tak punya bakat'."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun