Hari Jumat pekan lalu, Rektor di kampusku menunjukkan suatu tabel berwar-warni yang berisi nama 13 kampus terkenal di tanah air. Pada tabel itu terpampang nilai numerik sejumlah parameter yang bermuara pada kolom terakhir bertuliskan "Ri2 score". Skor ini mengurutkan dan mengelompokkan sejumlah kampus-kampus ke dalam tiga warna yakni: merah (Binus, Unair, USU, Unhas, dan UNS), orange (Undip, Unibraw, dan Unpad), dan kuning (ITS, UI, ITB, IPB dan UGM). Hal ini ditunjukkan pada Ilustrasi 1. Tak ada satu pun kampus-kampus kita ini yang berada pada dua zona warna lainnya yakni zona hijau dan putih. Sebagai perbandingan, sejumlah kampus peringkat atas dunia berada dalam zona integritas berwarna putih (MIT, Oxford, Imperial College London, University College London, Swiss Fed. Inst. Zurich, Harvard, Cambridge, Stanford, dan National Univ. Singapore). Menyaksikan posisi integritas riset kampusku, Rektor ingin agar kampusnya dapat keluar dari zona tak nyaman tersebut.
Skor Ri2 yang ternyata mampu menguatirkan seorang pimpinan dinamakan Research Integrity Risk Index oleh penemunya dari American University of Beirut bernama Lokman Meho. Saking pentingnya, indeks yang berperan sebagai pengingat para peneliti ini rupanya telah diulas dengan terperinci dalam majalah Nature (https://www.nature.com/articles/d41586-025-01727-3) yang terbit pada tanggal 6 Juni 2025 lalu. Skor ini merupakan kombinasi dua faktor yakni (a) jumlah kontribusi paper civitas academica kampus pada jurnal yang telah dikeluarkan (discontinued atau delisted) dari daftar pengindeks Scopus dan WOS (Web of Science), dan (b) publikasi civitas academica kampus yang ditarik (di-retract) oleh jurnal penerbitnya. Sesuai dengan nama indeksnya, kedua faktor tersebut adalah manifestasi pelanggaran integritas civitas academica peneliti pada suatu kampus. Metodologi dan penjelasan tentang 5 (lima) kategori resiko integritas dengan warna masing-masing dapat diakses via: https://sites.aub.edu.lb/lmeho/methodology/.
Untuk merespon permintaan Rektorku, saya terlebih dahulu menelusuri sumber resmi yang mengeluarkan tabel berwarna-warni itu. Saya pun meminta dua mahasiswaku (Muhlis dan Ardihan) di Lab. Hidrometeorologi Dept. Geofisika FMIPA Unhas untuk melakukan hal ini. Sumber tabel itu ternyata dengan mudah bisa dilacak secara online melalui tool Google Lens dan ia dapat diakses secara free melalui website: https://sites.aub.edu.lb/lmeho/ri2/. Website ini menyediakan data lengkap dari 1500 institusi dunia dalam bentuk tabel berwarna-warni sesuai nilai indeks integritasnya. Kedua mahasiswaku itu pun memodelkan data berdasarkan tabel tersebut menggunakan model regresi berganda linear. Sebagai input model adalah persentase publikasi pada jurnal yang telah dikeluarkan (delisted atau discontinued) dari Scopus atau Web of Science dan laju retraksi artikel yang telah dipublikasi, sedangkan skor Ri2 adalah sebagai output model.
Setelah menemukan persamaan model linear dari data 1500 institusi ini, kami pun melakukan 3 (tiga) simulasi untuk menentukan strategi keluar dari zona tak-nyaman berdasarkan nilai Ri2. Hasil dari proses ini ditunjukkan pada Ilustrasi 2. Tampak bahwa faktor persentase paper yang dimasukkan pada jurnal yang telah dikeluarkan dari Scopus atau WOS berpengaruh besar pada risiko integritas riset. Agar ke-13 kampus universitas ini dapat masuk ke zona dengan risiko lebih rendah yakni zona hijau dan putih, mereka mesti membuat suatu sistem peringatan agar civitasnya tidak memasukkan artikel ke jurnal bermasalah.
Untuk maksud tersebut di atas, Muhlis telah berhasil merancang suatu sistem yang diberi nama "Unhas Journal Watch".  Seorang remote user (dari kampus mana pun) tinggal memasukkan nama, ISSN dan website suatu jurnal ke dalam sistem. Sistem akan mencocokkan informasi jurnal tersebut dengan database dari Scopus yang up-to-date. Sistem ini kemudian akan merespon dengan: "artikel boleh dimasukkan ke jurnal ini" atau  "artikel tak boleh dimasukkan ke jurnal ini".
Ilustrasi 1: Zona resiko integritas akademik dari 13 kampus tanah air. Kampus-kampus ini ditandai dengan warna merah (red flag), orange (high risk) dan kuning (watch list). Dua warna lainnya adalah hijau (normal variation) dan putih (low risk).
Ilustrasi 2. Permodelan dan simulasi indeks integritas dari data 1500 institusi dunia. Pengaruh persentase artikel yang diterbitkan pada jurnal yg dikeluarkan dari database Scopus atau WOS lebih besar dari pengaruh jumlah artikel yang di-retraksi.
Halmar Halide @ https://trg.unhas.ac.id/climatebmd/
Kepala Lab. Hidrometeorologi, Dept. Geofisika, FMIPA Universitas Hasanuddin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI