Mohon tunggu...
Nada Fadhilah
Nada Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - luv FK

Berusaha mendapat mengakukan sarjana Bahasa dan Sastra di salah satu universitas negeri Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Potret Tak Terduga Kampung Sewan

19 Februari 2021   09:23 Diperbarui: 19 Februari 2021   10:33 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ketika Sari dan Beno menuju rumah yang kenal dekat dengan Aki Uban, Beno merasa pegal dan lapar. Mereka memutuskan duduk di Rumah Kawin. Penjelasan mengenai pernikahan adat Tionghoa tidak secara langsung diucapkan Sari. Namun lewat penjelasan ilustrasi gambar membuat pembaca mempunyai gambaran terkait alat music Gambang Kromong.

"Baru mereka duduk, Sari mulai berceloteh tentang pernikahan Tionghoa." 

Masyarakat Sewan akrab dengan kebiasaan adat Tionghoa. Di adat pernikahan komunitas Tionghoa Tangerang atau sering disapa China Benteng terdapat pertunjukan Seni Tari Cokek. Di mana saat ini Tari Cokek yang diiringi orkes Gambang Kromong masih ditarikan. Menjadi tarian pengiring pengantin bagi suku Betawi Tangerang. Beberapa masyarakat Sewan masih menggelar pementasan tersebut terlihat dalam percakapan Sari dan Beno seperti tampak pada dialog berikut:

"Nah, itu orkes gambang kromong. Pasti nanti malam akan ada pesta pernikahan." Kata sari sambil menelan roti.

Kutipan di atas tampak Yovita ingin memberitahu orkestra Gambang Kromong masih ditampilkan di Kampung Sewan. Namun eksistensi orkestra gambang kromong kini tidak sepopuler masa kolonial. Hanya acara-acara tertentu saja seperti imlek, upacara pernikahan, dan kematian. Ketika proses penyelidikan,  mereka menemukan secarik kertas. Beno dan Sari mencari bantuan untuk memecahkan petunjuk yang mereka temukan di Rumah Aki Uban. Ternyata seseorang yang ditemui dulu pemain tehyan, seperti tampak pada dialog berikut:

Engkong Halim menoleh sambil tersenyum. "Ya, ini namanya tehyan. Bunyinya enak sekali. Dulu orkes Engkong merajai pentas-pentas gambang kromong. Sayang sekarang permintaan manggung Sudah jarang. Kamu tahu gambang kromong kan?"

Perkataan dari Engkong menyatakan minat akan orkes gambang kromong sedikit. Yovita mengaitkan permasalahan sosial mengenai masyarakat yang sudah globalisasi. Kini orkestra gambang kromong dimainkan bersama gitar, saksofon, atau alat musik modern lainnya. Bagi masyarakat Jakarta dan Tangerang pasti pernah menemukan arak-arak ondel-ondel? Sebenarnya musik yang dimainkan juga gambang kromong. Selain Tari Cokek, Gambang Kromong, masyarakat Sewan dan sekitarnya mengadakan Festival Perahu Naga setiap tahunnya, sejak zaman dahulu, hingga saat ini. Buktinya sebagai berikut:

"Minum mengepalkan tangan. Seandainya muka cowok mendekat sebelum angkutan datang, aku harus bersiap, pikirnya. Beno mulai melamun memandangi sungai. Iya jadi teringat penjelasan teringat di museum tadi tentang sungai itu."

Dari kutipan di atas, ketika dalam penyelidikannya mereka pergi ke Museum Sejarah Cina Benteng. Terletak di pasar lama yang berseberangan dengan Sungai Cisadane. Dijelaskan dari ingatan Beno akan cerita pemandu di museum dengan ilustrasi gambar agar lebih terbayang bentuknya seperti apa. Terlihat bahwa penggambaran mengenai kebiasaan-kebiasaan dan latar tempat terlukis dengan apik dan jelas. Yovita menaruh nilai-nilai sosial di sela-sela penyelidikan mengenai Aki Uban yang sering memantau rumahnya Beno. Terlihat pada kutipan sebagai berikut:

"Sudah beberapa hari belakangan ini Beno memergoki kakek itu sering mengintip-intip ke dalam rumahnya."

Dari sanalah awal mula problemanika novel ini. Misteri Kota Tua ingin mengungkapkan daerah sudut pinggir Kota Tangerang yang punya cerita di masa Kolonial. Di halaman ke dua dari belakang kita tahu bahwa Yovita tumbuh di Kampung Sewan. Kemungkinan novel ini juga terdapat unsur prasangka. Penyimpangan dalam menggambarkan problematikanya dan menyelesaikannya. Akan tetapi terkait mengenai latar tempat: kondisi rumah di Sewan, Museum, Klenteng Boen tek Bio di pasar lama, Sungai Cisadane. Hanya saja tempat-tempat itu sudah lebih modern tidak tradisional yang diilustrasikan. Terlepas dari itu, novel ini mengajarkan pembaca tidak menyerah dan bergantung pada orang lain atau makhluk gaib. Perhatikan kutipan berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun