Saat bertambah besar, kita mendapatkan ilmu pengetahuan dari bersekolah dan diajarkan untuk beriman kepada Allah. Saat dewasa, kita dihadapkan dengan berbagai masalah dan tantangan. Percayakah Anda bahwa hal ini juga menjadi bagian dari rezeki yang dibutuhkan?
Saat saya muda mungkin saya belum bisa percaya. Namun, seiring berjalannya waktu, saya pun percaya bahwa persoalan dalam kehidupan ini adalah bagian dari rezeki yang saya butuhkan. Pasalnya, setelah menyelesaikan masalah atau tantangan yang ada, secara tidak langsung kita berhasil mendapatkan pelajaran kehidupan.
Bayangkan saja, jika kita tidak mendapatkan masalah tersebut. Kita tidak pernah tahu cara menyelesaikannya. Di masa depan pun, jika bertemu dengan masalah yang sama atau mirip, kita jadi tidak bisa melewatinya.
Dengan pengalaman dan permasalahan dalam kehidupan yang telah terlewati, permasalahan ekonomi yang sekarang sedang dihadapi ini pasti dapat berlalu. Ya benar, berlalu bukan berarti terselesaikan. Lalu bagaimana cara melewatinya? Jawabannya adalah dengan ikhtiar, berdoa, dan tawakal.
Ikhtiar yang berasal dari Bahasa Arab memiliki makna yang sama dengan berusaha. Secara khusus, ikhtiar juga bisa diartikan sebagai suatu cara untuk bersungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dengan mengerahkan segala kemampuan dan keterampilan yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
Dengan bekerja di kantor, menjalankan bisnis, membuka usaha, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang halal menjadi cara kita berikhtiar. Bagi ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah dan merawat anak juga bagian dari ikhtiar.
Setelah mengerahkan kemampuan dan keterampilan, usaha kita juga harus dibarengi dengan berdoa. Bagi kita yang beragama, bersyukur dan meminta kemudahan kepada Sang Maha Esa merupakan cara berikutnya untuk menyelesaikan masalah dan memperbanyak rezeki.
Terakhir adalah tawakal. Tawakkul, asal kata tawakal, dari Bahasa Arab berarti bersandar, mewakilkan, atau menyerahkan. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tawakal merupakan sebuah sikap yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Berbeda dengan pasrah, tawakal dilakukan ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, termasuk dalam berdoa. Bahasa mudahnya, kita menyerahkan semua usaha dan upaya yang telah kita lakukan kepada Allah. Apapun hasil yang didapatkan semua adalah rezeki yang kita butuhkan dari Allah.
Terkadang, manusia memiliki keinginan yang banyak kemudian kecewa jika tidak terwujud. Namun, pernahkah kita menyadari bahwa keinginan tersebut sebenarnya bukan hal yang kita butuhkan. Sebenarnya, Allah telah mengatur semua yang memang kita butuhkan.
Jadi, meskipun usaha yang dilakukan menurut kita sudah maksimal, tetapi kerap merasa kurang (dalam hal harta) bisa jadi ada beberapa kemungkinan. Pertama, menurut Allah kebutuhan kita saat ini memang segitu, sesuai dengan harta yang dimiliki. Kedua, menurut Allah usaha yang kita lakukan kurang maksimal.