Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menjelang Tidur

14 April 2021   20:00 Diperbarui: 15 April 2021   22:21 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: pixabay.com/Orangefox)

Dari sekian banyak orang, kenapa tidak ada yang menyadari keberadaan air terjun di sisi seberang? Kemudian dia mencoba bertanya,”Permisi. Apa anda tahu di mana air terjun?”

Lelaki muda hanya menatapnya. Tidak memberikan jawaban. Mukanya tidak memberikan isyarat. Tidak seperti seseorang yang tahu atau tidak tahu. Namun lebih seperti tidak peduli. Hingga kemudian berjalan pergi.

“Hai. Apa kamu tahu di mana ada air terjun?” setelah bertanya kepada laki-laki, dia mencoba bertanya pada perempuan. Baginya ini perempuan yang menawan. Mungkin mengetahui tentang air terjun kemudian dapat diajak berkenalan.

Si perempun mengernyitkan dahinya. Menandakan sedang berpikir. Atau mungkin bingung. “Saya tidak tahu. Saya tidak pernah tahu. Apa mereka benar ada?” perempuan pun balik bertanya.

“Aku tahu. Ingin pergi bersama dan melihatnya?” dia tersenyum.

Perempuan masih heran. Namun mengangguk untuk mengiyakan. Bagi perempuan ini, sepertinya air terjun hanyalah sebuah cerita lama. Banyak versi ceritanya tapi tidak satupun yang berhasil sampai ke sana. Sejauh apapun berjalan hanya akan bertemu sebuah kota.

Kini dia menyadarinya. Tidak heran orang-orang kota tidak pernah melihat air terjun. Ari terjunnya menghilang. Dia dan si perempuan kini hanya berhadapan dengan jurang. “Ini tidak berdasar!” dia seketika kaget melihat ke bawah jurang. 

Tubuhnya pun sekarang lemas. Mendadak dia menyadari bahwa dia takut dengan ketinggian. Kepalanya kini terasa ringan. Penglihatannya kabur. Perempuan yang sedari tadi di dekatnya tidak terlihat jelas.

“Berbahaya sekali berada di pinggir jurang.”

Ada suara komentar yang entah dari mana. Dia berpikir untuk meminta tolong ke sumber suara. Tapi tidak terucap apa-apa. Badannya semakin lemas. 

Penglihatannya semakin hilang. Dia tetap mencoba menggerakkan badannya untuk menjauh dari sisi jurang. Dia mencoba berdiri dengan penglihatan yang hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun