Ma'ruf menambahkan, tantangan pendidikan ke depannya, secara keseluruhan sangat menantang karena eranya berbeda dari era sebelumnya. Betapa digiltalisasi sangat memengaruhi banyak orang.
"Untuk itu, teknologi harus betul-betul kita lihat sebagai tantangan tapi juga salah satu cara kita untuk melihat pendidikan secara menyeluruh," imbuhnya.
Tamparan untuk Kita agar Lebih Cover Both Sides
Hadir di acara ini juga membuat saya serasa mendapatkan 'tamparan'.Â
Utamanya bagi kita yang selama ini sering menelan mentah-mentah berita yang bermunculan di media sosial. Tanpa sadar itu disinformasi ataupun hoaks.Â
Belum lagi bila kita sering mengonsumsi berita yang mem-framing buruk perihal kebijakan seperti program revitalisasi sekolah, hingga makanan bergizi gratis, dari sisi negatifnya.
Ambil contoh berita tentang program revitalisasi sekolah. Ketika pemerintah menargetkan ada 13.800 sekolah yang mendapatkan revitalisasi di tahun ini, kita malah menyoroti sisi negatifnya.
Semisal menyebut jumlah sekolah yang diperbaiki belum seberapa karena ada sekitar  1 juta ruang sekolah tidak layak. Seolah menafikan urgensi dari program revitalisasi ini. Padahal, kita bisa melihatnya sebagai awalan yang bagus. Bukankah lebih baik memulai daripada tidak sama sekali. Apalagi, membenahi sarana pendidikan jelas butuh waktu
Atau juga program Makan Bergizi Gratis yang selama ini banyak disorot. Entah itu dari menu MBG, konflik dari penyedia MBG, hingga ada siswa  keracunan karena MBG. Jadinya yang teringat dari program ini malah sisi buruknya. Padahal, MBG punya manfaat besar bagi murid.
Saya mengetahui sendiri betapa anak bungsu saya yang kelas 1 SMP, bercerita dengan gembira perihal MBG yang ia dapatkan di sekolahnya. Ketika saya menjemputnya sepulang sekolah, dia antusias bercerita perihal menu ayam goreng dan serunya bisa makan bersama teman-temannya di sekolah.
"Adek juga bisa menghemat uang saku karena tidak perlu beli makan siang," ujarnya yang setiap hari pulang sore karena ada matrikulasi (pelajaran tambahan) di sekolahnya.