Pernah seolah menginginkan apa saja itu gampang digapai. Tapi juga pernah merasakan belajar berdamai menerima kenyataan bahwa tidak semua keinginan itu realistis.Â
Dari situ saya belajar, terkadang, urusan bahagia ini terletak pada siapa yang paling pandai mensyukuri hidupnya. Bukan hanya ketika hidupnya enak. Tapi juga bisa melihat blessing in disguise ketika dirinya terpuruk.
Pola pikirnya begini.Â
Ketika kita sekarang tidak punya pekerjaan sekeren dulu, toh kita masih punya daya untuk tetap bekerja produktif dan menghasilkan. Itu patut disyukuri.
Ketika kita tidak lagi mendapat gaji bulanan sebesar dulu, tapi bila tidak punya cicilan, tidak punya hutang, anak dan istri sehat, itu juga patut disyukuri.
Ketika kita tidak lagi ngantor seperti dulu, tetapi selama punya teman-teman yang baik, teman yang mengingatkan kebaikan, bahkan mengajak bekerja sama bila ada peluang, itu sebuah hadiah besar.
Itu sumber bahagia yang jangan dilupakan.
Melepas yang tidak bisa digapai
Selain mudah mensyukuri apa yang kita miliki, bahagia juga bisa hadir bila kita mampu melepas apa yang memang bukan rezeki kita.
Karena terkadang, bila memiliki harapan yang terlampau besar alias kelewat berharap, juga menjadi pemicu kecewa bila ternyata tidak sesuai harapan. Jadinya sulit bahagia.
Saya pernah mengalaminya.Â