Mohon tunggu...
Habibah Nur Shober
Habibah Nur Shober Mohon Tunggu... Lainnya - No

............

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aspek Sosial Pengarang dalam Pementasan Drama Dukun Karya Puthut Buchori oleh IAIN Surakarta Desember 2020

15 April 2021   20:00 Diperbarui: 15 April 2021   20:00 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A.PENDAHULUAN

Sastra adalah cermin masyarakat. Sastra sebagai cabang seni telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia, baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya bagi pengalaman hidup maupun dari aspek penciptanya yang mengapresiasikan pengalaman batinnya ke dalam karya sastra. Menurut Taine (dalam Anwar, 2010:20), sastra adalah refleksi dari beberapa fakta yang dapat diketahui selain dari sekadar perasaan-perasaan yang bersifat spesifik di dalamnya. Taine (dalam History of English Literature yang diterbitkan pada 1863) melakukan studi terhadap karya sastra Inggris menyimpulkan bahwa hanya secara individual imajinasi dimainkan, sementara berbagai bentuk transkripsi tentang gaya atau bentuk kontemporer pada karya sastra merupakan manifestasi dari beberapa macam pikiran.

Sebuah karya sastra pada dasarnya mengungkapkan masalah-masalah manusia dan kemanusiaan, tentang makna hidup dan kehidupan. Karya sastra menggambarkan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangan, kasih sayang, kebencian, nafsu, dan segala yang dialami manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Esten (1989:8), bahwa pengarang ingin menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung, serta ingin menafsirkan makna hidup dan hakikat hidup melalui karya sastra. Pengarang melalui indra penghayatannya terhadap kehidupan di sekitarnya yang selanjutnya diolah dalam imajinasi dan di implementasikan dalam bentuk kreativitas. Sastra membaca fakta yang ada, sehingga karya sastra adalah kenyataan (realitas) sosial yang mengalami proses pengolahan oleh pengarang (Sumardjo, 1982:30). Sastra menjadi dunia yang dinamik dalam persentuhannya antara pengarang dengan masyarakat. Perubahan demi perubahan membentuk konstruksi sosial yang lahir dari persoalan hidup manusia. Dapat dikatakan bahwa karya sastra bukan hanya merupakan curahan perasaan dan hasil imajinasi pengarang saja, namun karya sastra juga merupakan sebagai fungsi sosial sastra dan cermin kehidupan, yaitu pantulan respon pengarang dalam menghadapi masalah kehidupan dan peran karya sastra di masyarakat yang diolah secara estetis melalui kreativitas yang dimilikinya, kemudian hasil tersebut disajikan kepada pembaca. Dengan demikian, pembaca dapat merenungkan dan menghayati kenyataan dan masalah-masalah kehidupan di dalam bentuk karya sastra. Karya Sastra sebagai hasil perenungan manusia terwujud dalam berbagai bentuk yaitu puisi, prosa fiksi, dan drama, sehingga dapat memberikan respon terhadap kenyataan atau masalah yang disajikan tersebut.

Drama sebagai salah satu bentuk karya sastra merupakan karya sastra yang rumit dan kompleks sehingga disebut collective art, tetapi salah satu ciri khas drama adalah bentuknya yang berisfat dialog. Melalui naskah drama tersebut, seakan-akan pengarang berusaha menguraikan seluruh ungkapan perasaan dan pikirannya secara terperinci.

Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis Pementasan drama Dukun Dukunan Karya Puthut Buchori yang dibawakan oleh Iain Surakarta Desember 2020 dengan muatan filosofis dan kritik terhadap kehdupan/kepincangan sosial tokoh dalam naskah tersebut serta menyiratkan pesan moral kepada penontonnya. Aspek kehidupan sosial dan cara/bentuk penyajian yang menampilkan kenyataan dalam masalah-masalah kehidupan sosial yang membuat penulis berinisiatif untuk menganalisis lebih dalam pementasan drama tersebut. Selain itu, penelitian terhadap karya sastra drama khususnya pementasan drama Dukun Dukunan Karya Puthut Buchori masih sangat jarang dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Oleh karena itu, penulis akan menfokuskan kajian pada aspek sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Berkenaan dengan pendekatan sosiologi, penulis lebih memilih menggunakan bentuk pemikiran sosiologi sastra dari Ian Watt, karena Pendekatan sosiologi sastra Ian Watt lebih sederhana tetapi tetap detail dalam mengupas aspek sosial di dalam pementasan drama tersebut.

Pendekatan sosiologi sastra Ian Watt membahas klasifikasi dalam sosiologi sastra. Konteks sosial pengarang yang berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dan pengaruh sosial sekitar penciptaan karya sastra karena menurut peneliti terjadi ketimpangan sosial, maka dengan pendekatan sosiologi sastra Ian Watt peneliti dapat mengetahui karya Puthut Buchori tersebut mencerminkan kehidupan sosial pada masa karya sastra itu diciptakan.

B. Tinjauan Pustaka 

1. Karya Sastra

Karya sastra dalam bahasa Inggris adalah literature. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diuraikan bahwa sastra adalah: (1) seni menciptakan karya tulis yang indah bahasanya, (2) karangan-karangan berupa karya sastra, (3) pengetahuan tentang segala yang bertalian dengan seni sastra pendefinisian sastra atau meletakkan batas-batas tertentu sebagai sesuatu yang disebut sebagai sastra sifatnya sangat bergantung pada cara pandang tertentu. Artinya, definisi tentang sastra dalam suatu penelitian sastra bergantung pada analisa yang digunakan. Banyak ahli yang meletakkan pijakan definisi tentang sastra. Namun, harus dipahami bahwa sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan (Luxemburg, dkk, 1984: 9).

Argumentasi tersebut cukup beralasan mengingat konstelasi zaman yang memiliki cara pandang serta konteks kebudayaan yang dihadapi berbeda-beda. Namun demikian, bukan berarti bahwa sebagai suatu kajian sastra tidak memiliki kekhususan untuk menjadi penanda pembeda dengan kajian lain. Rene Wallek dan Austin Warren (1989) memberikan beberapa batasan tentang sastra, yakni pertama, sastra sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak. Kedua,bertolak pada mahakarya (greatbooks), yakni buku-buku yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya (penilaian estetis atas gaya bahasa, komposisi, dan kekuatan penyampaian). Ketiga, seni sastra sebagai karya imajinatif. Keempat, mengidentifikasi dengan merinci penggunaan bahasa yang khas sastra. Pembagian genre sastra imajinatif dapat dirangkumkan dalam bentuk puisi, fiksi atau prosa naratif, dan drama, serta seiring perkembangannya teknologi karya sastra juga biasa dalam bentuk film.

2. Drama 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun