Mungkin aku akan kehilangan senjamu
Perahu-perahu pesisir orang-orang menyaksi kelupas kala
Kecuali foto-foto melambai-lambaikan rayuan lontar
Bukankah pernah aku meliuk-liuk di pinggulmu
Menjilati mulus hangat pagi
Mengirup anyir ikan-ikan pinggir jalan
Aku telah mencatat risalah pada kepingan ingatan
Tentang aneka perjamuan dan dansa sepeluk puisi
Tentang debu-debu karang-karang
Tentang sengau parau senandung kemarau
Tentang suara-suara tidak jua singgah di muara
Tentang dengkur bertempur dengan mesin cetak batako
Adalah tentang senja setajam parang
Berayun-ayun di udara sampai senduk semen patah tangkainya
Diam-diam koma selalu menyelinap di antara diktat dan diskusi
Membelokkan angin Monson ke halaman samping rumah
Senja bersolek nona-nona melewati pasar kota tua
Senja semolek para idola dan puteri-puteri pilihan
Adalah pula tergoleknya kesima seorang pemuja di pojok kota
Mungkin hanya waktu menjadi ruang persinggahan
Sepetak sengketa tidak usai diterjemahkan kitab-kitab
Rumus-rumus dan jejak-jejak terhapus di meja kursi
Aku masih menunggu selembar kepastian membentang jalan
Masih ada senja selanjutnya sudi membasuh wajahku
Sebelum malam menutup seluruh risalah
*******
Kupang, 11 September 2019