Mohon tunggu...
Gus Noy
Gus Noy Mohon Tunggu... Administrasi - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009, asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Selembar Daun Sahang Mencari Serambut Akar*

14 Agustus 2017   23:45 Diperbarui: 15 Agustus 2017   01:26 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sahang (lada) jenis lampung di belakang rumahku

dengan selembar daun sahang --- bukan taijab saijab merapin cerungkup --- kebun belakang rumah bubung panjang sepintu sedulang aku menyeberang selat

aku sekadar pengelana
sejenak singgah hanya menanya
demikian kugemakan dada

di sang bumi ruwa jurai tidaklah kupinta liukan sembah dan sigeh pengunten di lamban baginda sebab jabat baginda seketika jadi jembatan tanyaku menggema tidak sempat menyapa nuwu anjung mahan dan masih banyak atap berselimut kepulan aroma sahang cengkeh

di klutum jati lepau aku bersila bersama baginda berkain tapis dan sirih pinang ditengahi secangkir robusta hasil kebun baginda dan sepiring engkak selimpok geguduh hangat tanpa perlu mengerti isi panggakh lapang lom bilik kebik tebelayakh sekhudu dapokh nasihat cambai urai ti usung dilom adat pusako

dengan selembar daun sahang hendak kucari akar hayat batangnya telah merambat menjangkau kebun belakang rumah bubung panjang butirannya memutih --- menghitam di pelataran baginda -- sampai pantai permai tegar melawan hantam badai moneter

apalah selembar daun tanpa mendedah setiap serat urat sebab padanya tertulis risalah berlembar-lembar hendak baginda kisahkan selagi aku sejenak bersila dalam dampak robusta geguduh

tiadalah gajah tanpa gading
tiadalah gading tanpa retak
demikian baginda membuka paham

pada mula baginda berdiri memegang payung jurai emas di anjak lambung semilir semerbak harum butir-butir sahang sedang dipanggang matahari bersepoi aroma cengkeh kopi robusta menyebar ke bukit barisan selatan dan way kambas berarak awan membedaki gunung pesagi

lembar-lembar abad adalah warahan tentang perziarahan dari tambo dan dalung di kenali batu brak sukau pada sekala brak berbuay tumi berbelasa kepampang di belalau mengalir ke segala way sebelum sriwijaya melumat laut samudera raya sampai kelak terpesona emas dan damar berpatok palas pasemah batu bedil dengan tolang pohwang dalam cadel naga

selembar daun sahang kubolak-balik
adakah yang terlewatkan pada uratnya
demikian seruput robusta menyimak baginda

empat umpu pagaruyung dan putri bulan memenangkan sekerumong membongkar tanah belalau sekala brak mengibarkan panji paksi pak berempat kebuwayan seketika sisa buay tumi berai ke utara selatan hingga pesisir krui berbuay pidada bandar laai way sindi langsung tersapu deru derap lemia ralang pantang dan lima punggawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun