Mohon tunggu...
GuruMu
GuruMu Mohon Tunggu... Saya merupakan guru Bahasa Indonesia

Jika pengalaman adalah guru terbaik, maka pengalaman terbaik saya adalah menjadi guru. Ikuti akun saya dan jangan lupa baca kemudian like agar saya semangat menulis hal-hal baru yang bermanfaat dan menghibur kalian guys. Salam literasi👍L

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahasia di Ujung Lidah

17 Agustus 2025   22:00 Diperbarui: 16 Agustus 2025   22:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1.  Rahasia di Ujung Lidah

Saat sampai di kelas, temannya meminta bantuan. Dengan sombong ia berkata,
“Kalau kamu tidak bisa kerjakan soal ini, sebaiknya kamu saja yang hilang dari sekolah.”
Besoknya, teman itu benar-benar pindah sekolah tanpa pamit.

Hari-hari berikutnya, ucapan Ais semakin liar. Saat marah pada gurunya, ia berkata,
“Semoga guru ini sakit biar tidak masuk lagi!”
Dan keesokan harinya, sang guru benar-benar jatuh sakit dan tidak mengajar.

Awalnya, Ais merasa punya kekuatan besar. Ia bisa mengubah hidup hanya dengan kata-kata. Namun semakin lama, ia mulai ketakutan. Kata-katanya yang diucapkan tanpa pikir panjang selalu membawa bencana.

Suatu malam, dalam keadaan marah besar karena ditegur ayahnya, Ais berteriak:
“Andai saja aku tidak pernah punya keluarga ini!”

Ilustrasi 2. Lidahmu, masa depanmu
Ilustrasi 2. Lidahmu, masa depanmu

Dan besoknya, ia terbangun sendirian. Rumahnya kosong, seolah-olah ia tidak pernah memiliki ayah dan ibu. Foto-foto keluarga hilang, tak ada yang mengenalnya sebagai anak siapa pun.

Ais panik. Ia berlari mencari kakek tua itu, berteriak-teriak meminta penjelasan. Di tengah hujan deras, suara itu muncul kembali:
“Kau sudah kuberi peringatan. Lidahmu adalah pedang. Sekali kau ayunkan, tak bisa ditarik kembali.”

Ais menangis, memohon,
“Tolong kembalikan keluargaku! Aku tidak akan sembarangan bicara lagi!”

Kakek itu menatapnya dingin.
“Lidahmu menentukan masa depanmu. Kau ingin keluargamu kembali? Maka ucapkanlah, tapi ingat: pengorbanan selalu ada.”

Dengan air mata bercucuran, Ais berkata,
“Aku rela kehilangan semua kesombongan, asal keluargaku kembali.”

Keesokan paginya, Ais terbangun dengan tubuh lemas. Ia kembali berada di rumah bersama orang tuanya. Ibunya menatapnya penuh cemas.
“Is, kamu sakit? Semalam kamu mengigau terus, bilang jangan biarkan aku hilang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun