Mohon tunggu...
gunawan trihantoro
gunawan trihantoro Mohon Tunggu... Penulis - Berbuat untuk Perubahan

Penulis Buku Cinta Karya Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bersepeda di Ujung Senja

1 September 2020   19:29 Diperbarui: 1 September 2020   19:45 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah selesai melaksanakan sholat Ashar berjamaah di masjid, aku dan putra bungsuku, Zahier Haiekal Al Jabbar, bersiap-siap untuk berangkat olah raga bersepeda menuju Obyek Wisata Air Terjun "Niagara Mini" Kracaan, di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.

Karena tidak banyak yang harus dipersiapkan, kita berdua pun sudah siap berangkat olah raga bersepeda. Aku bilang sama Zahier, "Zahier, sebelum kita berangkat, kita baca bismillah dulu, ya ?" Zahier langsung menyahut cepat, "Ya, bi. Bismillahirrahmanirrahim",

Kita berdua santai mengayuh sepedanya di jalan pedesaan yang mulai ramai oleh para pengguna motor dan sepeda yang baru pada pulang dari sawahnya.

Sesekali kita bersepeda sambil ngobrol dan bercanda. Bahkan, aku sedikit nakal mengayuh sepeda dengan cepat meninggalkan Zahier jauh di belakang.  Sontak saja dia langsung berteriak keras, "Abi, jangan cepat-cepat, Zahier jangan ditinggal!"

Mendengar teriakannya, akupun langsung memperlambat kecepatan laju sepedaku. Dalam hati akupun tersenyum nakal, karena bisa menggoda dia sampai harus berteriak keras memanggilku.

Zahier sudah berada di samping kiriku, akupun bilang, "katanya mau balapan bersepeda, kok malah teriak-teriak minta jangan ditinggal?" Dia bukannya menjawab, malah menggerutu sambil mendahului aku, "Marah aku ... !"


Akupun langsung mengayuh sepeda untuk mendekati dia. Setelah aku berada di sebelah kanannya dia, aku bilang, "Zahier, mau tidak sepedanya abi dorong, agar Zahier tidak capek mengayuh sepeda?" Aku merayu dia agar tidak marah lagi gara-gara aku tinggal tadi.

Dia menoleh ke arahku sambil menjawab, "Mau, bi. Tapi, abi mendorongnya jangan cepat-cepat ya. Nanti aku jatuh, bagaimana?" Alhamdulillah, dia kena rayuanku. "Tidak dong, dorongnya pelan-pelan kok", jawabku senang.

Akupun memegang pundak kanannya dia dengan tangan kiriku. Aku mendorong dia sambil aku mengayuh sepedaku pelan-pelan.

"Abi, enak ya didorong. Aku jadi gak capek sepedaannya", ucapnya lirih. "Enak dong, siapa dulu yang mendorong? Abi gitu lho ?", jawabku sambil terus mendorong dia.

Saat melintasi jalan yang berdekatan dengan sungai Bengawan Solo, tiba-tiba dia melemparkan pertanyaan, "Abi, yang menciptakan air sungai itu, siapa?"

Aku tidak langsung menjawab. Bukannya tidak bisa memberikan jawaban. Tapi, aku tidak menyangka kalau saat bersepeda dia sempat-sempatnya menanyakan tentang siapa yang menciptakan air sungai.

"Alloh-lah yang menciptakan air sungai," jawabku singkat. "Oh.... terus kalau yang menciptakan sepeda ini siapa, bi?" tanya dia lagi. "Nah, kalau yang menciptakan sepeda Zahier itu orang. Dan, kalau yang menciptakan orang itu adalah Alloh", jawabku sambil menjelaskan singkat.

Dia hanya manggut-manggut sambil melihat ke arah sungai Bengawan Solo yang memanjang sejauh dalam pandangan kita berdua.

Tiba-tiba dia berseru, "Abi, berhenti dulu sepedanya!" Akupun langsung mengerem pelan-pelan laju sepedaku dan melepaskan tangan kiriku dari pundaknya.

"Ada apa, Zahier?" tanyaku sambil aku mendorong Zahier ke pinggir jalan. "Abi, Zahier pengen minum. Haus banget, bi?" katanya sambil melangkah mendekati aku. Aku langsung mengambl botol minum yang ada di sepedaku. "Baca bismillah dulu sebelum minum, Zahier?" kataku sambil menyerahkan botol minumnya. "Ya, Abi", jawabnya singkat. Dia minum beberapa teguk dari botol air tersebut.

Tidak jauh dari tempat kita berhenti, tampak terlihat papan penunjuk jalan menuju ke arah Obyek Wisata Air Terjun "Niagara Mini" Kracaan. Artinya, tempat yang kita tuju sudah dekat.

Lalu, aku melihat jam tangan yang aku pakai dilengan kiriku. Dan, ternyata tidak terasa kalau kita sudah 45 menit bersepeda lamanya.

Aku menyemangati Zahier yang sudah nampak kelelahan karena bersepeda. "Zahier, kita sudah mau sampai lho. Itu di depan kita akan belok kanan menuju tempat wisatanya", ujarku bersemangat.

"Asyik, kita sudah mau sampai ya, bi?" jawab Zahier girang. Kitapun langsung melanjutkan bersepeda menuju obyek wisata yang sudah terlihat dekat itu.

"Alhamdulillah, kita sudah sampai, Zahier?" kataku kepada Zahier. "Ya, bi. Alhamdulillah ya, bi?" jawab Zahier sambil mengarahkan pandangannya ke obyek wisata itu..

Setelah membayar uang parkir Rp. 2.000, kita langsung berjalan kaki menuruni anak-anak tangga yang landai dengan menuntun sepeda menuju lokasi air terjun "Niagara Mini" Kracaan.

"Subhanalloh, begitu indah air terjun yang ada di obyek wisata ini", ujarku di dalam hati. Konon, oleh sejumlah banyak orang, air terjun di Kracaan disebut sebagai miniaturnya Air Terjun Niagara yang berada di perbatasan Kanada dan Amerika Serikat.

Sudah 30 menit kita berdua berjalan-jalan berkeliling menikmati indahnya obyek wisata di Kracaan. Tanpa disadari, kita sudah berada di ujung senja, yang mengabarkan petang akan segera datang. Maka, kita berdua harus segera pulang dan kembali mengayuh sepeda penuh dengan perasaan cinta dan bahagia.

Karena, ini bukan hanya sekedar bersepeda. Tapi, ada cinta kita di ujung senja, yang akan terus melahirkan rindu, dan, pada akhirnya menggumpal abadi di kalbu.

Rumah Kayu, 28 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun