Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyihir dari Axtraliz - Chapter 10

10 Februari 2020   08:22 Diperbarui: 12 Februari 2020   09:50 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 10 : Wanita Pax dan menuju ke gunung Zenox. 

Aku terbangun dan melihat sekeliling aku dan melihat taman yang hijau penuh dengan bunga-bunga yang bermacam jenis dan bermacam warna. Ada seseorang duduk di bunglon yang berwarna putih. Orang itu adalah Estephania yang sedang menggambar dan melukis. 

Aku menghampiri dia yang sedang asik dengan dirinya sendiri.  Aku berjalan di belakangnya

"Hallo Stephanie. Bagaimana kamu?" Dia sambil melukis sesuatu. Dia tahu bahwa aku ada di belakangnya.

"Aku bertemu dengan seorang Pax."

"Kamu masih menyimpan sketchbook aku?" Dia menghiraukan kata-kataku. 

Aku lupa bahwa sketchbook dia telah tertinggal di istana Mortaz. Aku tidak bisa membalas pertanyaan dia. 

"Sketchbook aku itu adalah petunjuk dunia ini. Sketchbook itu dapat membantu kamu untuk kembali ke dunia nyata."

"Kamu tidak mau kembali ke dunia nyata? Kamu lebih tertarik di dunia ini? Kenapa?"

Estephania berhenti melukis setelah mendengar pertanyaan yang aku lontarkan kepada dia. 

"Apakah kamu senang di dalam dunia Axtraliz?"

Aku menghampiri dia lebih dekat dan melihat lukisan yang dia gambar. Lukisan itu terlihat sangat surreal. Terlihat aku memegang kunci perak dan Estephania memegang kunci emas. Kita saling membuka jantung kita seperti lemari kecil. Jantung kita itu berbentuk hati dan memiliki lubang kunci.

Terlihat seperti lukisan Frida Khalo. Con-con melayang disebelah kiri ku dan Greenny melayang sebelah kanan Estephania. Mereka keduanya memiliki lubang kunci di jantung mereka. Estephania berlatar belakang malam dan aku berlatar belakang siang. 

Aku teringat kembali bahwa Estephania suka sekali dengan lukisan Surreal dan film horror. Dia berkata bahwa lukisan Surreal itu menyimpan sebuah makna, seperti mencari teka-teki di dalamnya. Film yang ditontonnya bukan menunjukan reaksi ketakutan melainkan reaksi serius yang tenang.

Dia menonton bukan merasakan, melainkan dia mengamati cerita dan efek yang ada di dalam film tersebut. Biasanya orang menonton film horror, mereka akan bereaksi berteriak. Dia tidak berteriak atau menunjukan emosi sama sekali. Kadang dia tertawa bahwa itu semua cuma bohongan. 

Kemenarikan dari sifat Estephania itu adalah dia tidak mudah bohong dan dia orang yang berterus terang dan kalau ada pertanyaan yang tidak mau dijawab kadang dia berdiam diri dan mengelak pertanyaan itu dengan memberi pertanyaan lain kepada orang tersebut. 

"Stephanie kamu kehilangan sketchbook aku. Ini aku berikan kepada kamu sekali lagi. Gunakan sekali lagi dengan baik." 

"Kamu belum bertanya pertanyaan kamu, Fanny." 

"Jawaban itu ada pada diri kamu sendiri."  Dia menatapku dengan tajam. 

-----0------

Aku terbangun dari tidurku lagi dan melihat sekitarnya aku berada di rumah pondok kumuh yang penuh dengan buku. Aku memeluk sesuatu pada saat aku tidur. Aku melihat apa yang aku peluk ternyata sketchbook Estephania yang letakan di kamar mawar itu. Ini rasanya aneh sekali, bagaimana buku ini ada ditanganku lagi? Bagaimana buku tersebut aku dapatkan dalam dunia mimpi?

Terdengar suara keramik dan suara air yang sedang tuangkan. Sang wanita Pax telah menyiapkan sarapan untuk kami semua. Dia sedang memasak sesuatu. Aku mencium aroma yang tidak enak, aku rasa dia indra penciuman dia tidak ada. Sebab makanan yang dibuatnya selalu mengeluarkan bau busuk. 

Greenny dan Con-con bangun secepatnya setelah mencium aroma masakan. Mereka bangun lebih cepat untuk menikmati sarapan. Mereka terbang dengan cepat menuju meja makan dan makanan makan dengan lahap. Aku bangun perlahan-lahan dan menghampiri makanan yang dihidangkan di meja. Aku melihat makanan tersebut terlihat sangat lezat dan penuh warna, tapi sayangnya bau busuk itu membuat aku kehilangan napsu makanku. 

Aku duduk di meja sambil membawa sketchbook dan melihat teman-teman kecilku memakan dengan lahap.  Aku mulai mengambil sendokku dan mau mencoba untuk memakan makan yang ada di depanku. Makan tersebut terlihat seperti bubur yang berwarna coklat tercampur dengan warna hijau.  Aku bisa menyebutkan seperti kotoran binatang.

Aku mengambil sedikit dan mencicip makanan tersebut. Aku makan ini untuk membutuhkan tenaga untuk bertemu Estephania. Aku melahap satu sendok bubur aneh ini dan menutup mata dan mencicip bubur aneh ini. Aku cicip bubur ini sangat enak sekali. Aku sendiri bingung kenapa bubur ini sangat enak?

Apa aku sedang kelaparan jadi makanan yang aku makan semuanya jadi enak? Teori ilmiah dan kejiwaan pernah menyatakan manusia akan bilang enak pada makanan apapun, meskipun orang itu sedang kelaparan.  Aku memakan dengan lahap dan cepat. 

Aku mulai bertanya pada wanita Pax itu," Kamu yang memberikan buku ini yah?"

"Aku tidak memberikan kamu buku itu?" Greenny menjawab pertanyaan aku. Dia tetap mengunakan Greenny sebagai perantaraan. 

"Jadi siapa yang memberikan buku ini?"

"Buku itu muncul, ketika kamu sedang tidur. Rasanya buku itu terus menyatu dengan kamu dan tetap mengikuti kamu." 

"Kamu sudah bertemu dengan penyihir?"

"Sudah."

"Dimana dia?"

Dia menarik tanganku dan membawa aku keluar dari rumahnya. Dia menunjuk ke salah satu gunung. Greenny dan Con-con juga ikut bersama-sama. 

"Melta ada gunung sana yang dibawah bintang merah." Aku melihat bintang kecil merah menyala kecil di langit yang biru.

"Bagaimana kita bisa ke sana ? Berjalan ke sana?"

"Bukan. Kita terbang ke sana."

"Terbang?"Sesuatu tanda tanya muncul dalam pikiranku. 

Wanita Pax mengulurkan tanganya ke atas dan tanah mulai bergetar. Dia mulai mengeluarkan bel kecil yang ada saku pinggangnya. Suara bel itu terdengar sangat kecil seperti suara kerincingan. 

Tiba-tiba keluar sesuatu dari bawah kami yaitu akar pohon yang besar, tebal, dan panjang. Bukan hanya akar pohon tapi jelambar pohon yang kecil juga ikut juga. Akar-akar dan jalar-jalar kecil membelit bersama-sama. Mereka hendak membentuk sesuatu atau makhluk. 

"Apa itu?" Aku mulai bertanya. 

"Alat transportasi kita,"

Akar-akar itu membentuk wujud seperti seekor burung raksasa yang memiliki bulu yang terbuat dari dedaunan yang berwarna hijau dan perak. Mata burung tersebut terbuat dari buah yang berwarna kemerahan dan bening seperti kaca. Paruh burung raksasa ini terbuat dari kayu yang keras yang berwarna hitam gelap.

Binatang itu mengepak sayapnya yang ada 2 pasang. Suara burung ini terdengar seperti suara burung elang dan burung nuri dan lebih nyarin dan keras suaranya. Burung ini memiliki 2 pasang kaki yang terbuat dari akar pohon. 

Burung raksasa hijau itu menghampiri wanita Pax itu, dan Wanita Pax ini mengelus burung raksasa itu. Burung itu terlihat sangat jinak, sebab dia burung ini mengelus-gelus kepalanya kepada Wanita Pax ini. 

"Wah ini Troxmaztux. Salah satu binatang langka di dunia Axtraliz. Binatang ini hampir punah. Dulu suka diburu oleh kerajaan Xeo untuk dipajang atau dipelihara. Raja-raja dulu suka memburu binatang ini untuk olah raga memburu. Ketika binatang ini menuju kepunahan, kerajaan mulai pelarangan untuk membunuh Troxmaztrux." Con-con berbicara sambil melihat binatang raksasa ini. Aku sendiri bingung kenapa dia bisa tahu tentang hal itu. 

Aku mulai membuka buku Sketchbook Estephania. Di dalam buku ada beberapa penjelasan tentang Pax. Mereka warga asli Axtraliz. Mereka dikenal sebagai pengintai dan mereka tidak pernah mengusik dunia Xeo dan Mortaz. Kalau mereka menetap di salah satu dunia, mereka harus mengorbakan sayap, mata, dan tanduk.

Sayap berarti mereka akan tetap di tanah tersebut. Mata yang berarti mereka tidak melihat dunia lain dan mereka cuma mengamti satu dunia. Tanduk adalah lambang gelar mereka dan alat komunikasi lewat telepati. Xeo mereka harus memberikan semua yang disebelah kanan. Mortaz mereka harus berikan sebelah kiri. Tanduk mereka hanya bisa komunikasi antar makhluk yang mereka tinggal

Aku sadar selama ini wanita Pax ini cuma berbicara melalui perantaraan Greenny, sebab kita masih di dalam dunia Mortaz. 

"Mari kita berangkat, Melta. Kita telah ditunggu." Greenny berkata.

Aku dalam sketchbook terdapat sebuah amplop yang ditunjukan untuk pada aku. Rasanya Estephania menulis sesuatu di dalam surat ini. Aku membuka surat itu dan terdapat beberapa kata-kata yang berbunyi,"Kunci dan sketchbook ini sangat berharga, jangan diberikan pada siapapun." 

Aku langsung menutup surat itu. Aku merasakan bahwa ada diantara teman-temanku ini akan mencuri kunciku. Aku sendiri tidak tahu siapa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun