Mohon tunggu...
steven tamstil
steven tamstil Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru and penulis yang memiliki banyak hobby

Telah bekerja sebagai graphic designer and telah menjadi guru dan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyihir dari Axtraliz-Chapter 8

26 Januari 2020   16:28 Diperbarui: 26 Januari 2020   16:35 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Chapter 8: Kerajaan Mortaz

Aku berhadapan dengan raja dan ratu Xeo. Mereka terkejut akan tindakan putri seperti itu. Mereka tidak tahu kalau putrinya telah melakukan itu semua. Sang ratu sangat sedih dan menangis setelah mendengar berita seperti itu.

"Maafkan aku, Penyihir. Aku telah salah mendidik anakku yang manja itu." Sang Raja berkata dengan nada yang pelan.

"Saudaraku. Kau tidak bersalah. Harusnya aku yang bersalah. Itu tanggung jawabku sebagai gurunya, aku yang harus mendidiknya lebih baik. Itu kesalahan terbesarku. Aku juga memanjakan dia juga, sebagai layak putriku juga." Sang penasihat berkata dengan pelan dan aku merasakan nada suaranya terasa lebih sedi.

"Apa yang kamu lakukan kepada dia?"

"Aku menghapus sihirnya. Dia masih dalam wujud binatang buas. Aku bisa memberikan sihirnya kembali, kalau dia kembali untuk meminta maaf atas tindakannya."

"Tindakan ini kita harus ambil keluargaan." Sang ratu berkata dengan pelan.

"Dia harus tanggung jawab sebagai kriminal lainnya!" Sang raja berbicara keras dan sangat marah.

"Permisi. Saya ingin tahu, kenapa kunci ini sangat penting bagi dia? Apa maksudnya kunci ini bisa membuka dunia lain? Apa yang terjadi?" Aku mulai memotong pembicaraan sang raja.

"Sebelum kamu datang ke sini. Temanmu datang terlebih dahulu." Sang penasihat bercerita. "Dia telah dekat kami dan berama-tamah dengan kami. Orang-orang sekitarnya selalu manggil Penyihir bijaksana. Karena dia suka mengajar dan memberi nasihat. Dia memiliki kemampuan yang dapat menebak masa depan dan masa lalu. Sang putri tertarik akan penyihir bijaksana dan dia ingin seperti penyihir bijaksana. Saya rasa sang putri iri akan temanmu dan ingin seperti penyihir bijaksana.

Dia ingin sekali dipuja-puja oleh orang sekitarnya. Dia pernah berkata kepadaku sebagai gurunya bahwa dia ingin sekali menjadi penyihir Axtraliz.

Dia bertanya kepadaku,"Bagaimana cara menjadi penyihir Axtraliz? Apa sebaiknya membunuh dia dan menggantikan dia? Itu ide yang muncul dalam pikiran dia. Aku menyuruh penyihir segera pergi ke Mortaz dan bertemu dengan temanku di sana. Ke dunia Mortaz harus memiliki kunci itu dan orang bukan dari dunia ini bisa masuk ke dalam perbatasan."

"Bagaimana kunci bisa ada di dalam hutan?"

"Para peri-peri hutan itu cuma bisa membalikan kunci pada penyihir Axtraliz. Karena kamu sang penyihir, itu sebabnya para peri hutan langsung memberikan kuncinya. Mereka bukan hanya melihat wujudmu saja tapi mereka juga mencium bau badanmu."

"Sang putri menunggu dan mengambil kesempatan untuk merebut kunci itu dariku."

"Saya tahu anda telah mendapat kunci itu. Saya mulai kuatir putri akan mengambil dengan paksa. Saya menyuruh anda keluar dari istana secepatnya dan membuat anda tidak nyaman di dalam istana. Supaya anda pergi secepatnya. Maaf atas ketidak sopannya saya kepada anda."

"Anda teman dari Putri Makhota Mortaz yang bernama Druzilla."

"Aku meminta bantuan kepada dia, supaya memberitahukan bahwa ada musuh dalam istana."

"Apa yang harus saya lakukan sekarang?"

"Temui teman saya dan mungkin temanmu masih ada di dalam istana Mortaz. Mungkin dia masih baik-baik saja."
Sang Penasihat langsung teringat sesuatu dan berkata,"Kamu masih ingat mantra teleportasi?"

"Mungkin ada di dalam buku ini." Aku membuka Sketchbook dan melihat mantra untuk pindah tempat. Di dalam buku terdapat macam-macam yang ditulis di dalam buku. "Ahhh ada!!"

Jujur saja bahasa yang ditulis sangat aneh dan aneh juga dilafahkan dan didengar juga. Aku mulai membaca di depan mereka. Aku tidak tahu dia dapat bahasa ini darimana?

Ix Xon xi Ix Mort
Srex Tlix jix koz xe trox
Czat zon tlix xe Mort
Xe Mortaz

Dalam terang dan dalam gelap
Tunjukan jalan menuju ke pintu.
Bukakan jalan kegelapan
Ke Mortaz

Tubuhku dikelilingi oleh cahaya kunang-kunang berwarna merah yang terang. Aku terasa melihat api-api kecil mengelilingi aku dan aku merasakan panas pada cahaya merah itu. Aku menyentuh salah satu api kecil itu. Tanganku tiba-tiba terbakar habis hingga menjadi abu. Aku tidak merasakan sakit, aku melihat sebuah kengerian yang melihat tubuhku perlahan-lahan terbakar habis hingga jadi abu.

Aku juga melihat daging dan tulangku juga termakan api dengan cepat. Aku langsung menutup mataku karena takut akan kengerian itu. Sejak dulu aku sering dinasihatkan anak perempuan tidak boleh penakut dan tidak mudah berteriak.

-------0--------

Setelah aku membuka mataku, aku berada di dalam hutan yang gelap penuh dengan semak-semak yang berduri. Semak-semak tersebut sangat besar seperti pohon kelapa. Beberapa pohon dapat bergerak-gerak dan memiliki mata yang menyala merah. Hutan yang sangat seram dan tumbuh-tumbuhan yang bergerak dan menjalar. Salah ranting berduri itu memiliki mata merah yang menyala dan sangat seram sekali. Mata-mata merah itu melirik kemana-mana dan memperhatikan makhluk-makhluk yang bergerak sekitarnya.

Salah satu jalar berduri yang kecil mendekatiku. Ranting kecil itu mengelilingi aku dan memperhatikan aku, dia bergerak seperti ular yang sedang menatap mangsa.

"Berhenti!!!! Gadis itu tamuku!" Suara aku kenal dan orang yang menemui aku kemarin malam. Druzilla datang dengan terbang dengan membawa lentera. Kali ini dia memakai baju sangat merah. Lentera yang dibawanya memiliki ukiran dan pahatan mawar berduri. Semua jalar berduri itu langsung meninggalkan kita semua.

Ranting berduri tersebut sangat sensitif dengan cahaya yang dipancarkan oleh lentara yang dibawa Druzilla.

Setelah dia menapakan kaki ke tanah, semua semak-semak beluka berpergi meninggalkan kami semua dan membuka jalan menuju ke istana Mortaz. Jalan tersebut terbuat dari hitam yang gelap dan dikelilingi oleh cahaya kunang-kunang yang berwarna biru, merah dan hijau. Salah satu setan kecil biru terbang menghampiri kita semua.

"Ratu kamu jangan berkeliaran di luar. Baginda akan marah kepada saya. Kalau anda keluar dari istana."

"Tenang saja. Saya mau menjemput tamu saya. Saya jenuh di dalam istana. Kamu ini cerewet sekali yah. Saya kenal kamu sejak 500 tahun, belum berubah."

"Baginda selalu kuatir tentang anda terus dan selalu tanya tentang anda."

"Baiklah. Saya mau mengantar tamu istimewa kita dan kamu siapkan makan malam dan kamar untuk tamu kita. Penyihir ingin beristirahat dulu."

"Baik yang mulia." Setan kecil itu langsung memberi hormat kepada Druzilla.

Aku sendiri baru sadar bahwa dia bukan putri kerajaan melainkan seorang ratu yang cukup unik.

"Yuk mari ke dalam istana. Kita akan bercerita cukup banyak sekali."

--------0---------

Kami bertiga diantar ke dalam istana. Istana ini sangat kuno dan mudah rapuh. Beberapa temboknya telah dijalari oleh tumbuhan semak-semak berduri yang menjalar dan mengeluarkan cahaya di bunganya. Jalar-jalar tersebut tetap bergerak-gerak seperti ular. Pintu gerbang istana yang sangat besar dan terbuat dari kayu hitam yang terdapat ukiran kayu dan besi. Terlihat seperti lambang kerajaan yang berbentuk naga memegang perisai dan tombak.

Ada tulisan di logo itu yang ditulisakan dalam bahasa Axtraliz yang berbunyi 'Mort xe Trix xi Mortaz' yang berarti Kegelapan adalah kunci Mortaz. Terdengar sangat seram. Pintu besar itu terbuka dengan secara sendirinya, tanpa seseorang membuka atau mengerakan pintu tersebut. Terlihat seperti di dalam istana hantu.

"Tenang. Istana ini telah melayani keluarga kerajaan selama berabad-abad lamanya. Dia telah menjadi keluarga lebih lama dari kita semua." Sang ratu menjawab pikiranku. "Kami para Vampire tidak meminum darah manusia. Kami telah berjanji pada temanmu itu."

"Ibu." Tiba-tiba seseorang memanggil sang Ratu.

"Oh yah perkenalan ini kedua anakku. Yezolla dan Yozan."

"Ibu jangan berkeliaran pada malam bulan purnama."

"Iya iya. Ibu tahu. Kamu makin cerewet seperti bapakmu itu, Yezolla."

Kedua anak itu adalah kembar perempuan dan laki-laki. Yang perempuan bernama Yezolla dan laki-laki bernama Yozan. Mereka berwujud sepasang laki-laki dan wanita dewasa yang berumur 30an, berbeda dari sang ibu yang memiliki wujud seorang gadis remaja. Yezolla berambut kecoklatan dan bermata kebiruan seperti warna langit.

Dia berjalan dan berpakaian sebagai layaknya seorang wanita bangsawan. Putri ratu ini memiliki suara yang berwibawa tinggi. Kedua anak ini mengambil wujud bentuk muka ibunya dan matanya bukan punya sang ratu, aku rasa sang ayah. Sedangkan putra yang bernama Yozan sangat pendiam dan jarang mengucapkan beberapa kata. Wujudnya hampir sama dengan Yezolla yang berambut pendek dan bertubuh laki-laki. Kedua anaknya tidak berubah menjadi makhluk penghisap darah.

"Ibu. Ayah menunggu di ruang baca." Yozan berbicara dengan suara yang halus dan sopan, berbeda nada bicara kembarannya.

"Baiklah sayangku. Ibu akan menemui ayahmu sehabis mengantarkan tamu kita ke kamarnya."

"Baik ibu."

Kami berempat meninggalkan mereka berdua. Kami menunju ke lantai kedua.

"Kedua anakku tidak menjadi Vampire, mereka adalah Dampire. Mereka setengah Vampire dan mereka bisa tumbuh seperti manusia pada awalnya dan berhenti menua pada usia 25. Sebenarnya mereka telah berumur 315 tahun., tapi mereka berpikiran lebih dewasa dari aku. Aku harusnya meninggal saat melahirkan mereka, tetapi suamiku belum siap menerima kehilanganku. Itu sebabnya dia memberikan keabadian ke aku.

Dia suami yang sangat baik dan mudah rapuh. Aku akhirnya menjadi seorang ibu rumah tangga dan mengurus mereka sampai usia mereka telah dewasa. Mereka tidak mengisap darah seperti Vampire biasanya. Mereka menjadi bisa menjadi Vampire dan mengisap darah, tapi mereka mengisap darah setiap 100 tahun sekali dan tidak sebanyak Vampire minum darah."

"Bagaimana anda bisa bertahan tanpa darah?"

"Gampang. Darah binatang saja cukup. Itu sebabnya aku sering keluar berburu binatang. Aku dulu seorang pemburu."

Sang ratu membuka pintu kamar yang dikunci. Setelah kamar dibuka, kamar tersebut mengeluarkan bau wangi mawar. Di dalam kamar tersebut berdekatan dengan taman mawar dan semua kamarnya banyak diletakan bunga mawar bermacam-macam warnanya hingga berbau mawar. Semua dekorasi dan hiasannya terbentuk bunga mawar dan pola kertas tembok bercorak bunga mawar merah muda pada saat musim semi yang memilik tangkai berduri.

Ranjang kamar ini sangat besar dan terbuat dari kayu jati hitam. Ranjang ini ranjang antik yang memiliki tiang menyangga yang memiliki tirai menutup. Ranjang ini seperai terdapat sulaman yang bercorak mawar merah. Kamar ini diluarnya memiliki tumbuhan menjalar juga yaitu mawar duri menjalar. Suhu diruangan ini cukup dingin, hingga mawar ini tetap bertahan dengan suhu tersebut.

"Ini kamar tamu yang paling besar. Kami suka menyebutnya kamar mawar. Kamu istirahat di sini. Saya akan temui suami saya. Rasanya dia marah-marah lagi kalau saya keluar dari istana kalau bulan purnama. Saya akan panggilkan pelayan untuk melayani kamu."

"Baiklah."

Sang Ratu menutup kamar pintu dan meninggalkan kami bertiga.
Con-con dan Greenny mulai mengelilingi dan berputar-putar sekitar kamar mawar ini. Kamar ini juga terdapat sebuah cermin besar yang memiliki pahatan patung peri-peri yang sedang bermain-main dengan di taman mawar berduri. Con-con melihat cermin tersebut dan memperhatikannya. Dia menyentuh cermin itu dan menyentuh cermin tersebut dan wujud pantulan dicermin berbeda dengan dirinya.

Wujud pantulan tersebut seperti pangeran yang berambut hitam dan bermata hijau. Pangeran tersebut memakai baju yang kebangsawan yang berwarna hitam. Dia terlihat sangat tampan dan dia memiliki muka yang yang langsing dan panjang. Dia juga memiliki hidung yang cukup mancung. Aku rasa pangeran tersebut adalah seorang Vampire. Greenny bergerak tangannya dan pantulan itu mengikuti gerak-gerik dia.

"Greenny. Kamu kenal dia?"

"Aku sendiri tidak tahu siapa dia."

Con-con juga menghampiri cermin tersebut dan melihat pantulan wujudnya. Wujudnya berbeda dengan dirinya boneka teddy bear, melainkan wujudnya adalah seorang pangeran yang memakai baju putih dan berambut pirang dan bermata biru. Mukanya bundar dan memiliki dagu yang cukup lebar dan juga memiliki hidung cukup besar.

Mukanya cukup rupawan, rasanya mukanya ini tidak asing bagiku. Aku pernah melihat wujud ini sebelumnya, mirip seseorang yang aku temui di kerajaan Xeo. Aku memperhatikan bajunya juga memiliki sulaman kerajaan Xeo.

"Con-con kamu tahu dirimu siapa?"

"Aku sendiri tidak tahu."

Aku sendiri tidak tahu asal mula makhluk ini berasal. Aku ingat Con-con itu adalah boneka Estephania yang sering dia peluk di kamarnya. Mereka berdua menemai aku sampai menuju ke dunia Axtraliz ini. Ini merupakan sebuah teka-teki.

"Kalian tahu darimana kalian berasal?"

"Melta menciptakan kami. Kami adalah pelayan untuk Melta." Greenny menjawab.

"Temanku menciptakan kalian?"

"Betul, Penyihir." Con-con mulai menjawab.

Aku mulai curiga apa yang terjadi. Keingin-tahuan aku sangat besar setelah melihat wujud mereka di cermin. Apa mungkin cermin ini menunjukan wujud sebenarnya. Aku mulai melangkah ke depan cermin itu dan menyentuh cermin tersebut.

Aku mulai terkejut dan melihat wujud yang tidak bisa aku sangka. Wujudku ini bukanlah wujud yang aku kenal setelah aku melihat cermin ini. Aku tidak tahu mau bicara apa sebenarnya. Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku memiliki wujud seperti ini. Wujudku adalah wujud Estephania.

Sang ratu Druzilla langsung menutup cermin tersebut secepatnya dengan kain merah.

"Sebaiknya kamu jangan melihat cermin ini sekali lagi. Jangan percaya apa yang ditunjukan oleh cermin ini."

"Kenapa cermin ada di kamar ini?"

"Cermin ini digunakan para Vampire wanita untuk mempercantik diri mereka. Kalau mereka mengunakan cermin biasa, wujud mereka tidak terlihat. Itu sebabnya cermin Lexiz menunjukan wujud terdahulu dari orang yang memakainya."

"Oh begitu." Cermin ini menunjukan wujud masa lampau seseorang. Aku masih curiga tentang Con-con dan Greenny. Mereka tidak tahu jati diri mereka masa lalu. Ada seseorang yang menghapus ingatan mereka. Apakah Estephania yang menghapus ingatan mereka?

"Saatnya kamu harus bertemu dengan suami saya. Dia sedang menunggu anda. Anak-anak saya juga telah menunggu anda juga. Mari ikut saya."
Sang Ratu mengantar kami bertiga ke jalan hal yang sangat besar dan tinggi. Istana ini di berlantai dua dan sangat luas. Orang yang tidak tahu selat-belut istana ini akan tersesat. Istana ini sangat besar dan semua dekorasi terbuat dari kayu jati hitam.

Aku juga melihat beberapa patung batu Gargoyel bergerak-gerak dan melirik aku dan memperhatikan sang ratu, aku, dan teman-temanku. Aku sadar bahwa istana ini juga begerak dan berubah-rubah. Tangga di lantai utama pindah ke lantai atas. Aku tetap mengikuti sang ratu. Sang Istana yang hidup ini melayani ratu untuk membimbing kemana dia akan pergi. Aku cuma mengikuti sang ratu dari belakang. Sang istana juga tahu bahwa aku juga tamu sang ratu.

Setelah kami tiba di depan pintu yang cukup besar, sang Ratu membuka pintu besar itu. Pintu besar ini memiliki ukiran  dan pahatan patung sang peri dan sang setan sedang menjaga pintu. Pintu besar itu langsung bergerak sendiri, tanpa dorongan yang sangat kuat. Ruangan yang di belakang pintu itu adalah ruang perpustakaan yang sangat megah.

Di ruangan tersebut di tengahnya terdapat tempat api unggun. Semua keluarga raja telah berkumpul. Aku melihat seorang laki-laki yang berdiri dekat dengan api unggun. Dia memperhatikan api itu dengan perlahan-lahan. Dia membalikan badannya dan menatap kami semua.

"Selamat datang Penyihir. Terima kasih datang ke istana ini. Saya Melzo dan saya raja di dunia Mortaz." Nada suara laki-laki ini sangat dalam dan dia berlogat sangat sopan dan berwibawa.

Sang raja ini memakai setelan hitam yang memiliki sulaman emas yang bentuk mawar menjalar. Dia memakai dasi sutra yang berwarna merah yang terdapat bros batu ruby. Tubuh laki-laki ini sangat ramping dan memiliki kaki cukup panjang. Badannya sangat cukup langsing dan berotot, aku lebih suka menyebut badannya seperti segitiga lonjong. Mukanya sangat pucat berwarna putih, sangat familiar dengan wujud Greenny yang di dalam cermin tadi, tapi raja ini memiliki sepasang mata yang berwarna biru muda yang menyala.

Tatapan matanya cukup tajam, seperti seekor serigala. Laki-laki ini juga memiliki janggut kecil berwarna hitam dan sama dengan warna rambutnya yang hitam yang disisir belakang. Wajah dan badannya terlihat layaknya seorang bangsawan.

"Terima kasih raja Mortaz, saya berterima kasih atas ramah tamah di istana ini. Saya datang ke sini bahwa teman saya pernah berkunjung di istana anda. Anda tahu dimanakah dia berada?"

"Mari kita makan dulu, sehabis itu kita akan bercerita banyak sekali." Dia memegang pundakku dan aku merasakan sentuhan dingin sekali seperti es dan hawa dingin muncul disekitar tubuhnya. Itu membuatku sangat merinding ketakutan akan aura yang dikeluarkan oleh raja Mortaz ini.

Dia membuka pintu perpustakaan, tiba-tiba ruangan sebelah berubah menjadi ruang makan. Tadi kita berempat masuk lewat pintu tadi dan berubah seketika menjadi ruang makan. Hidangan mereka telah disediakan di meja. Hidangan adalah ayam kalkun yangg besar, daging panggang yang besar, sup, buah-buahan, dan sebotol anggur.

Di ruang makan ini juga berdiri tiga atau empat pelayan laki-laki dan perempuan. Mereka berdiri di setiap sudut ruangan. Pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian maid dan buttler yang berwarna merah, hitam dan putih.

Hidangan pembuka mereka adalah sepiring sup yang kental berwarna kream, aku rasa sup jamur. Di sup jamur ini telah terdapat sebuk lada. Mereka juga menyediakan sepotong roti. Di mejaku telah disediakan 3 set alat makan di kanan dan kiri. Di sekolahku juga pernah mengajarkan cara aturan makan.

Duduk tidak boleh sembarangan dan makan tidak boleh bersuara atau menggambil makanan tidak boleh mengunakan tangan, kecuali roti. Sekolah mewahku ini memang sekolah untuk putri elit. Meskipun ini sekolah yang mewah, tukang bully masih tetap ada. Makan selesai tidak boleh berdiri lebih dulu, kita harus berdiri bersama.

Setiap makanan dibagikan, mulai dari hidangan pembuka seperti sup atau salad, makanan utama yang bermacam-macam yang diatur tergantung harinya, terakhir hidangan penutup seperti puding dan buah. Kita harus menghabiskan makan tersebut dan tidak boleh membuang makanan sembarangan. Kita duduk sesuai kelas kita yang selalu didampingi oleh wali kelas kita dan wakil wali kelas. Pada saat snack atau break, itu terserah kita makan dimana atau bermain.

Setelah kita telah selesai makan, keempat pelayan mengangkat piring kami semua. Con-con dan Greeny makan di meja juga. Mereka juga makan dengan sopan. Mereka jarang sekali berbicara, karena mereka menikmati makanan dan berbicara macam-macam. Mereka tetap mengikuti sampai ke dunia ini. Aku juga berpikir tentang Lenix. Apa dia baik-baik saja di sana?

"Nah Penyihir apa yang bisa saya bantu?" Sang raja Mortaz bertanya.

"Saya ingin mencari temanku. Apa kalian tahu dia dimana?"

"2 hari yang lalu dia telah pergi dan berkata bahwa dia akan menuju ke gunung Zenox. Gunung yang berdiri diujung dunia Axtraliz."

"Apa yang dia lakukan di gunung itu?"

"Saya sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan ke gunung itu. Gunung itu tidak bisa kunjungi. Cuma penyihir Axtraliz, yaitu kamu sendiri. Orang dari dunia Xeo dan Mortaz tidak bisa ke gunung itu."

"Gunung Zenox itu gunung apa itu?"

"Gunung itu penuh dengan binantang buas dan susah dilalui. Menurut cerita kalau pergi ke gunung situ harus membawa kunci keseimbangan."

"Kunci keseimbangan?" Dia maksud kunci yang aku pegang itu.

"Menurut cerita kalau ke gunung sana dan membawa kunci keseimbangan, kamu akan dipilih menjadi penyihir Axtraliz. Yah itu menurut legenda. Saya tidak terlalu percaya dengan legenda. Saya dan keluarga saya telah tenang di sini dan mau mencari kata-kata omong kosong legenda."

Aku merasakan suara panggilan yang berbisik ke dalam kepalaku. Seperti terasa suara kunci itu memanggil, tapi suara tersebut bukanlah suara seorang wanita, melainkan suara seorang laki-laki dewasa. Orang-orang sekitarku juga merasakan dering tersebut. Yezolla bertanya,"Kalian mendengar suara berdering?"

"Aku mendengar suara berdering." Aku menjawab pertanyaan dia.

"Suara itu berada di lobby utama. Seseorang membunyikan dering itu."

"Rumah nantarkan sang penyihir di lobby utama."

Saya membuka pintu didepan saya dan ruangan di dalam pintu berubah seketika menjadi lobby utama.  

Di depan pintu utama yang terbuka terdapat seseorang yang berdiri. Orang yang berdiri tersebut adalah Putri makhota dari kerajaan Xeo Yexenia. 

Dia berwujud manusia dan bukan berwujud makhluk buas. Bagaimana dia bisa keluar dari mantra tersebut?

"Yexenia..."

"Hallo penyihir. Senang bertemu dengan anda lagi."

Aku melihat dia memegang sebuah kunci keseimbangan. Kunci tersebut berwarna emas dan memiliki batu permata besar yang berwarna merah.

Yexenia tersenyum sangat lebar dan tatapan matanya seperti menunjukan sesuatu rencana licik. Meskipun dia tersenyum seperti itu, mukanya tetap terhiasi senyumnya yang menawan.

"Apa yang kamu mauYexenia?"

"Yang aku mau adalah bukanlah kunci itu, tapi..."

"Tapi apa?"

"Kamu. Penyihir."

"Aku?"

"Untuk menjadi penyihir. Kamu adalah salah kunci itu. Itu sebabnya aku membutuhkan kamu." Dia mulai mengangkat kunci emas keatas dan batu merahnya menyalah terang."

"Kalau saya tidak mau. Apa yang anda lakukan?"

"Kalau kamu tidak mau." Dia tersenyum dengan sinis.

Dia mengangkat kunci emas nya keatas dan mengucapkan sebuah mantra yang aku bisa ngerti yang berarti 'kunci kebohongan tunjukan wujud mereka yang berlainan dan mereka menjadi budakku.' Dia gunakan bahasa Axtraliz.

Tiba-tiba Druzilla dan keluarganya mulai gemetar dan mereka berteriak kesakitan.

Druzilla langsung berkata dengan keras," Rumah bawa keluar tamu kita dari sini!" Dia memberi perintah kepada Rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun