Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Brand Agency Owner

Pengamat Industri Kreatif. Pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Lulusan S2 Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP industri kreatif untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tantangan Supply Chain Proyek Animasi Kolaboratif, Berkaca pada Film "Jumbo"

16 April 2025   23:35 Diperbarui: 17 April 2025   15:26 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film animasi Jumbo (Dokumen Visinema)

3. Potensi Arahan Artistik yang Tidak Konsisten

Dalam praktik produksi, sekalipun beberapa tim kreatif mampu menginterpretasikan satu visi, masih akan ada risiko tinggi ketidakkonsistenan estetika. Hal ini sering kali mengakibatkan perbedaan visual antara adegan yang diproduksi oleh tim-tim dari studio-studio yang berbeda-beda. 

Masalah ini biasanya berasal dari dokumen arahan seni (Art Directing) yang tidak jelas atau referensi visual yang tidak memadai yang dibagikan antar tim. Oleh karenanya, pihak rumah produksi, publisher, atau studio utama yang menjadi pemangku utama dalam manajemen proyek perlu membuat sebuah dokumen visual art yang disepakati semua pihak untuk mencegah kendala pada saat pembuatan aset sebelum film animasi diproduksi.

Contoh Pitch Deck Animasi per Bagian Aset. (Sumber: videoigniter.com)
Contoh Pitch Deck Animasi per Bagian Aset. (Sumber: videoigniter.com)

4. Ketidakcocokan Alat dan Software Antar Studio

Fakta lapangan yang sering terjadi adalah tidak semua studio menggunakan alat 3D yang sama maupun mengoperasikan dengan cara yang sama. Beberapa studio mungkin lebih suka pada Blender, sementara yang lain mungkin menggunakan Maya, Houdini, atau alat 3D yang dikustomisasi menjadi milik sendiri. 

Tanpa adanya praktik ekspor-impor file yang terstandarisasi atau bagaimana pembuatan jembatan jalur produksi (seperti misal file format USD atau Alembic), maka pertukaran aset dapat menjadi sesuatu yang bermasalah, yang sering kali menyebabkan hilangnya data atau kesalahan konversi dan tidak sesuai dengan aset aslinya.

5. Sistem Transfer dan Penyimpanan Data yang Tidak Efisien

Proyek animasi menghasilkan data dalam jumlah besar yang disusun dari tekstur beresolusi tinggi, cache simulasi, dan pratinjau (preview) video. Jika suatu studio tidak memiliki sistem penyimpanan terpusat dan terukur, pertukaran aset ini dapat memakan waktu. 

Penundaan waktu transfer, kerusakan data, atau bahkan kehilangan aset bukanlah hal yang jarang terjadi, terutama di wilayah dengan infrastruktur internet yang tidak stabil. Oleh karenanya perlu ada kesepakatan mengenai bagaimana file disimpan dan ditransfer.

6. Alat Manajemen Proyek yang Seringkali Terfragmentasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun