Aksi tersebut pada akhirnya membuat netizen geram dan menggaungkan tagar #BoikotErspoÂ
Diketahui, Coach Justin sebenarnya sempat membalas cuitan tersebut di akunnya, ia sendiri melayangkan bahwa ia sekedar memberi pendapat tentang desain jersey yang didesain tersebut, dan mengajak sang desainer lebih bisa belajar menerima pendapat yang berbeda.
Sori gw br bangun. Jd gini bro @ernandaputra wajar anda ga kenal sy, krn sy hanya rakyat jelata. Sy tau anda dr twitter, krn anda diinjek injek ama warga twitter, pastinya anda org TOP. Yg sy dan temen2 lakukan hanya memberikan pendapat ttg jersey anda. Jika anda ga bs terima…— Justinus Lhaksana (@CoachJustinL) March 30, 2024
Dilansir dari Twitter Viola Kurniawati, mantan CEO PT PSS, kegaduhan masalah Jersey Timnas tersebut hingga terbawa ke Exco Federasi PSSI. Ini dikatakan berimbas hingga ke unit bisnis yang tengah bersemangat mengedarkan kaus tersebut.
Berdasarkan kasus tersebut, apa yang dapat kita analisis serta pelajari dari kondisi tersebut? Apakah kesalahan fatal dari sang desainer? Bagaimana semestinya kondisi tersebut disikapi? Sebagai seorang yang juga berlatar belakang dari dunia desain grafis, saya dapat memberikan beberapa pendekatan yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita.
1. Kesalahan Fatal Sang Desainer Grafis
Secara mendasar, terdapat dua kesalahan fatal yang dilakukan oleh sang desainer. Pertama adalah rasa tidak menghormati secara publik, dan yang kedua adalah tidak menghiraukan perspektif dari konsumen. Kedua kesalahan ini berkaitan dengan etika profesional yang sebenarnya sangat ditekankan dalam praktek seorang desainer. Tanpa adanya kedua hal ini, desainer manapun akan berkurang kredibilitasnya.
Pertama, masalah perhormatan secara publik. Berdasarkan serangan pribadi secara publik yang dilontarkannya terhadap kritik sang coach ini, kondisi tersebut sangat merusak profesionalisme sang desainer dan tidak memperlihatkan kode etik profesi yang baik.Â
Dalam berargumen terhadap kritik pun, seorang profesional semestinya berfokus pada konstruksi argumen dan bukan pribadi yang dilihat. Ilmu logika secara gamblang menyebut kesalahan berlogika ini sebagai ad hominem dimana seseorang gagal melihat permasalahan hingga kepada intinya.Â