Mohon tunggu...
Viride
Viride Mohon Tunggu... Buruh - penulis

Penulis tidak dapat menulis secepat pemerintah membuat perang; karena menulis membutuhkan pemikiran. - Bertolt Brecht (Penulis dari Jerman-Australia)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Berwarna Hitam (Part - 1)

30 Maret 2019   13:35 Diperbarui: 30 Maret 2019   13:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memang pernah berjanji tidak ingin jatuh cinta lagi, tapi rasa ini ... menggila. Pendekatan gencar kulakukan sebelum melangkah ke jalur selanjutnya.

Setelah tahu alamat dan nomor ponselnya, aku jadi sering berkunjung ke rumahnya, tempat itu sengaja disewa Vanita bersama dua orang teman perempuannya yang juga satu kantor.

Tidak ada lagi dinding perpustakaan yang menjadi saksi pertemuan kami, tidak perlu lagi di kelilingi buku-buku untuk merayunya dan membuktikan kalau aku penyuka semua bacaan itu. Rasa ini kian kuat dan kulengkapi dengan menelefonnya hampir setiap hari.

Terkadang aku datang ke tempat kerjanya untuk mengajak makan berdua di luar. Begitu malam datang dan kami telah berada di rumah masing-masing, Keinginan menyapanya di penghujung kantuk yang mulai dekat, kulakukan sebagai ritual penting. Walau itu hanya beberapa pesan.

"Selamat tidur. Bermimpilah dengan indah dan ingat, harus ada aku di sana, karena akan semakin istimewa kalau ada kita berdua."

Aku mulai merasakan ada yang hangat di sisi lain hati. Tempat yang pernah beku karena orang-orang yang pernah menyakitiku. Sekilas khayalan-khayalan indah mulai menyelimuti isi kepala.


Timbul sebuah harapan kalau Vanita merasakan kehangatan yang sama di hatinya seperti halnya aku menginginkan hubungan kami berjalan sesuai yang kuinginkan.

Keinginan itu terkabul. Aku menyatakan cinta setelah beberapa minggu melakukan pendekatan dan Vanita menerima hatiku yang penuh bunga untuk ia miliki.

****

"Ernest, kau di mana? Sekarang aku ada di depan rumahmu."

Pesan itu dikirim Vanita ketika aku dalam perjalanan pulang dari kantor. Kebetulan saat itu sudah lewat dari jam delapan malam. Begitu sampai di depan rumah, aku mendapatinya berdiri dengan wajah cemberut dan lusuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun