Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terbangun dari Tidur Panjang

1 September 2025   22:13 Diperbarui: 1 September 2025   22:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Mereka berlari kepadamu, memelukmu erat. Tangis kebahagiaan pecah, menggema dalam ruangan itu. Tidak ada lagi perpisahan, tidak ada lagi kematian. Kamu memeluk mereka, tubuhmu bergetar karena rasa haru yang tak tertahankan.

"Akhirnya kita berkumpul kembali," ucapmu lirih, air mata mengalir deras di pipimu.

Hari-hari berjalan tanpa hitungan waktu. Tidak ada matahari terik yang menyengat, tidak ada malam gelap yang menakutkan. Yang ada hanyalah cahaya lembut yang menenangkan jiwa. Kamu duduk bersama keluargamu di tepi sungai susu yang mengalir tenang, menikmati buah delima, anggur, dan kurma yang manis. Suasana dipenuhi tawa dan cinta. Tidak ada iri hati, tidak ada dendam, tidak ada duka.

Sesekali kamu berjalan-jalan di taman. Burung-burung bernyanyi dengan suara merdu, angin sepoi-sepoi membawa aroma kasturi yang harum. Hatimu terasa damai seperti tidak pernah kamu rasakan sebelumnya.

Suatu hari, terdengar kabar bahwa seluruh penghuni akan berkumpul. Kamu segera bergegas menuju tempat itu. Di sana, wajah-wajah bercahaya berkumpul, dan di antara mereka, kamu melihat sosok yang paling kamu rindukan, Rasulullah Muhammad.

Air matamu seketika pecah. Rindu yang selama ini terpendam meluap tanpa terbendung. Kamu mendekat, tubuhmu bergetar, suaramu parau.

"Ya Rasulullah..."

Beliau menoleh. Senyumnya lembut, penuh kasih sayang. Beliau mengangguk, seakan berkata, "Engkau selamat. Engkau bersama kami."

Kamu menangis tersedu. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar selain dapat bertemu dengan beliau, sang kekasih-Nya, yang selama hidupmu selalu kamu kirimkan rasa rindu, yang kisahnya selalu kamu baca dengan air mata haru.

Namun, kenikmatan tidak berhenti pada istana, pada makanan, pada pertemuan dengan keluarga, atau bahkan pada kebahagiaan bersama Rasulullah. Puncak segala kebahagiaan adalah ketika Allah sendiri memberikan karunia yang paling agung, melihat wajah-Nya.

Pada hari itu, seluruh penghuni berkumpul. Cahaya terang benderang, jauh lebih indah daripada matahari, meliputi seluruhnya. Hati setiap penghuni bergetar dengan cinta yang tak terlukiskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun