Mohon tunggu...
Giovani Walewawan
Giovani Walewawan Mohon Tunggu... Seniman - Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Ad Infinitum

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerita Tengah Malam Waktu Ku Menunggu Subuh

10 Februari 2019   00:28 Diperbarui: 10 Februari 2019   00:30 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Lukas Hartmann from Pexels

Sayup-sayup mata pertanda lelah
Kala desiran angin menembus ke tulang-tulang remaja berumur 21 tahun itu
Gertakan gigi terdengar jelas memanggil iba hati para manusia
Lewat pun mereka tak menoleh, jijik katanya

Belas kasihan tak di dapatkan menunggu maut jadi pilihan
Ia hanya beralaskan karung yang di pungut dari tempat sampah samping warung sana

Dekil, batu-batu kerikil memijat tulang-tulang belakangnya
Sakit, tapi tak lagi mampu teriak
Lapar, sudah tidak ada lagi rasanya

Waktu tepat berada pada pukul 00:15 tengah malam 

Jalanan  tersepikan karena para biadap sudah mulai terlelap di depan tungku perapian masing-masing

Hanya malam yang temaninya 

Hanya angin yang memeluknya 

"sampaikan terimah kasih ku ke sang bulan karena cahayanya, aku tidak mati di dalam gelap" 

Itu adalah sebuah pesan kecil yang ia sematkan ke atas tanah. sebelum ia berhenti menghembus nafasnya.

"Sampaikan Terimah Kasih Ku Ke Sang Bulan Karena cahayanya, Aku Tak Mati Di Dalam Gelap" begitu tulisnya.

Suatu malam yang sangat istimewa barusan tadi, membawa suasana yang biasa nya hening menjadi riuh dan gaduh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun