Mohon tunggu...
SITI MARIYAM
SITI MARIYAM Mohon Tunggu... Wiraswasta - (Pe)nulis

Siti Mariyam adalah gadis yang lahir di planet bumi pada tahun 1999 silam. Gadis yang lahir dan tinggal di Tangerang Selatan ini mulai tertarik dunia kepenulisan sejak akhir masa SMP. Dari mulai hobi menulis diary hingga membaca cerpen-cerpen di internet juga novel. Ia selalu mencatat setiap kata baru yang ditemuinya saat menonton film dan membaca untuk menambah kosa kata dalam menulis ceritanya nanti. Dari semua itu, telah lahir beberapa cerita yang bisa kamu nikmati di halaman Kompasiana pribadinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musik Tengah Malam

18 Maret 2024   00:18 Diperbarui: 18 Maret 2024   00:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
picture by Bing.com & Canva

        ‘Ting!’

        ‘Ting!’

       ‘Ting!’

        Musik piano yang membuatku terjaga di tengah malam kembali terdengar. Sudah beberapa hari ini rumahku menjadi horor karena alunan musik tersebut. Alunan musik yang entah dari mana datangnya membuatku takut jika berada di rumah sendiri.

        “Kak, suara musik itu terdengar lagi. Kakak cepat pulang, ya, aku takut.” Aku memberi tahu akan masalah ini pada seseorang yang lima tahun lebih dewasa dariku melalui pesan singkat. Hanya ia yang bisa menghilangkan takut yang sedang kurasakan.
       “Iya, kakak segera pulang. Kamu tunggu, ya.” Ia membalas lima menit kemudian, aku lalu mematikan ponsel dan kembali berbaring di atas kasur sambil menutupi seluruh tubuh dengan selimut.

        Kakak, begitulah aku memanggilnya. Seorang lelaki tampan berkulit putih juga bersih adalah kakak sekaligus orangtua untukku setelah orangtua kami ke luar kota mengurusi pekerjaannya setahun lalu. Selama itu, ia yang menemani dan menjagaku dari hal apapun yang akan terjadi. Tapi, sudah seminggu terakhir ia jarang menemaniku di rumah karena kesibukkannya sebagai mahasiswa.

       “Dek!” Suaranya yang lembut ketika memanggilku sudah terdengar dari luar kamar. Aku langsung menuruni kasur dan membukakan pintu untuknya.
       “Kak, suara musiknya terdengar lagi. Aku takut, Kak.” Aku berkata sambil memeluk tubuhnya yang ideal itu.
      “Udah, jangan takut. Ada kakak di sini.” Jawabnya yang membalas pelukkanku.
Aku merasa seperti anak kecil ketika di dekap olehnya, padahal adiknya ini sudah kelas satu SMA.

      “Tugas kuliah kakak kapan selesainya? Aku gak mau lagi sendiri di rumah.” Tanyaku tentang kesibukkannya itu.
     “Sebentar lagi selesai, kok. Udah, jangan takut. Kakak, kan, ada di sini.” Ia menjawab sambil mengelus lembut rambutku.
     “Kakak serius?”
     “Iya, Dek.”
    Lalu, kakak menyuruhku naik ke kasur. Seperti ucapannya, ia menemaniku meneruskan tidur sampai kilauan sinar matahari kembali membangunkanku.

       Kakak masih tertidur dengan wajahnya yang terlihat sangat lelah. Apa ia tidak tidur semalam hanya karena menemani juga menjagaku? Oh kakak, maafkan aku. Namun, ketika hendak berangkat sekolah ia terbangun, dan langsung berkata..
     “Udah mau berangkat sekolah, Dek? Mau kakak antar?”
    “Gak perlu, Kak. Aku bisa berangkat sendiri, kakak lanjutin tidur aja.” Jawabku yang menolak tawarannya karena tak mau membuat repot.
    “Yaudah, hati-hati, ya.”
    “Iya, Kak.”

         Aku selalu berharap sekolah tidak ada jam pulangnya karena di rumah yang kedua ini ada teman-teman yang mampu membuatku tertawa bahagia selain kakak. Mereka dapat melupakan pikiran tentang alunan musik tengah malam yang membuat takut juga menjadikan rumahku tercium horor. Sampai akhirnya suara bel yang menandakan pulang pun tiba, setelah delapan jam kami belajar.

        Aku melakukan aktivitas seperti biasa sepulang sekolah hingga hari menjadi gelap dan mengharuskanku untuk tidur. Tapi, lagi-lagi alunan musik itu membuatku terjaga di tengah malam. Aku langsung kembali memberi tahu ini pada kakak. Namun, kali ini kakak tidak berkata untuk segera pulang, ia malah menyuruhku mendatangi sumber suara tersebut. Aku terkejut. Apa maksudnya? Apa ia sudah tidak lagi peduli denganku sehingga lebih mementingkan kesibukkannya dan membiarkanku dalam ketakutan seperti ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun