Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Author

Book, movie/series, and fiction enthusiast contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Imaji Sunyi Setelah Kita Selesai

13 Oktober 2025   18:26 Diperbarui: 13 Oktober 2025   18:28 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Netflix

Bangku kelima dari atas dekat tangga, di sanalah tempat dudukku yang bersebelahan dengan perempuan ini. Dia yang duluan mengajakku kenalan saat lampu bioskop menyala di akhir film. Perkenalan singkat itu kemudian berlanjut pada obrolan ringan soal kehidupan pada senja yang semakin jingga. Di sanalah pertama kalinya aku tahu dia sangat menyukai dark chocolate tanpa gula.

"Kapan-kapan kita ngopi lagi sambil bahas film. Gimana?" tanyaku yang menemukan sinyal baik pada pertemuan pertama itu.

Sampai aku sadar bahwa itu hanya kenangan setengah tahun lalu yang justru jadi pertemuan pertama juga terakhir dengan Kira. Lalu sosoknya hadir kembali yang hanya bisa hidup dan dilihat oleh diriku sendiri. Tapi, dia seolah tidak menyukainya dan secara tak langsung menginginkan aku untuk benar-benar menghilangkan segala hal tentang dia.

***

Pakaian serba hitam, lengkap dengan kacamata untuk menutupi mata yang bengkak ini karena menangis semalaman, menjadi yang kukenakan di pemakaman yang dihadiri banyak orang. Peti berisi kekasihku itu sepenuhnya telah masuk ke tanah merah, dikubur dalam-dalam, lalu ditutup taburan bunga pada permukaannya.

Aku di sana tanpa banyak berucap. Hanya sedikit ngobrol pada keluarga besar, kemudian kembali pulang ke rumah untuk menyalahkan diri.

Harusnya aku punya waktu untuk menjemput dia, bukan menolak dan membiarkannya naik ojek online yang menyebabkannya kecelakaan hebat. Aku bodoh dan tak bisa berhenti menyalahkan diri sendiri atas keteledoran ini.

"Aku bukan Naura, Dik," kata Kira yang memecahkan kenanganku beberapa tahun lalu itu. "Aku masih hidup layaknya kamu. Tapi, kamu malah jadikan aku pelampiasan atas kematian pacar kamu."

"Cukup, Kira! Cukup!" seruku setengah berteriak, memancing Barista tadi datang ke meja untuk memastikan keadaanku yang seakan sedang bertengkar seorang diri. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban bahwa diri ini masih baik-baik saja.

Setelah Barista kembali ke tempatnya bekerja, memori ini kembali memutar lambat sebuah kenangan. Tentang aku yang masih dihantui rasa bersalah, juga tentang Kira yang secara fisik dan sifat nyaris menyerupai Naura.

Aku jatuh hati pada Kira saat pandangan pertama, atau lebih tepatnya jatuh hati kembali pada Naura yang berada pada fisik orang lain. Orang lain akan menyebut ini gila, dan kuakui itu, bahwa selama ini masih terobsesi pada Naura dan menganggapnya telah hidup kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun