Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sang Dewa

3 Oktober 2022   15:25 Diperbarui: 3 Oktober 2022   15:29 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bisa terbang tanpa sayap, berpijak tanpa kaki, juga membuat jatuh tanpa sentuh.
Anggap saja aku Dewa, bukan manusia yang selama ini selalu menyakitimu.

Tiga puluh menit lalu Dira masih di kamarnya. Tubuh ramping, mata bengkak, dan warna rambut merah menyala sebahunya terlihat sangat memprihatinkan. Memang berat menjadi dirinya. Hidup sendiri, korban kekerasan ayah kandungnya, diselingkuhi kekasih yang menjadi sandaran terakhirnya bisa bertahan hidup, sampai ditinggal mati oleh Siro, anjing peliharaannya yang sudah berusia 6 tahun.

Perlahan langkah kakinya membawa Dira ke balkon apartemen kamar. Kemilau senja semakin berwarna jingga menanti sang surya menenggelamkan dirinya ke ufuk Barat. Tapi bagi perempuan berusia 25 tahun itu, mungkin ini adalah senja terakhirnya yang bisa ia lihat di bumi.

Di tiang penyangga balkon, Dira mulai memanjatkan kakinya, melihat ke bawah dan membayangkan ia akan ditemukan tewas dengan berlumuran darah di sana.

"Jatuh dari lantai 7 belum tentu membuat nyawa kamu hilang," kata seorang pria yang tanpa disadarinya sudah ada di belakang.

"Kamu siapa? Kenapa bisa masuk ke sini?" tanya Dira sedikit takut mendapati orang asing berpakaian serba hitam bisa berada di kamarnya.

"Tidak penting siapa aku. Yang jelas hadirku di sini paling tidak untuk bisa mengurangi beban hidup kamu, Adira Renata."

Dira mencoba tak memedulikan laki-laki itu. Jika pun orang ini adalah penjahat yang akan merampok barang berharganya, itu tak akan mempengaruhi keputusannya mengakhiri hidup.

Maka Dira kembali memanjat tiang pembatas tadi, kemudian melompat dengan mata tertutup membayangkan dirinya akan langsung terbang ke surga. Namun konsepnya tidak semudah itu. Dira memang jatuh, tapi jatuh kembali tepat di kasurnya yang empuk. Tentu saja dia selamat tanpa luka setitik pun.

Di sampingnya masih ada laki-laki berpakaian serba hitam sedang duduk. Kemeja, jas, celana, dasi, semua yang dikenakan benar-benar berwarna hitam.

"Sudah kubilang percuma."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun