Mohon tunggu...
Geno
Geno Mohon Tunggu... Pengembara Cerita

Seorang pejalan biasa di lorong-lorong kata, peramu makna dari serpihan realitas. Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang yang mencatat detik-detik kehidupan. Kata-kata adalah perahuku, menyeberangi arus waktu, menelusuri riak-riak kisah yang sering terlewatkan. Aku menulis bukan untuk dikenang, tetapi agar ingatan tidak lenyap begitu saja bersama senja. Dari kota kecil, aku mengamati dunia. Dari hal-hal sepele, aku belajar memahami yang besar. Aku percaya, setiap cerita layak didengar, dan setiap detak jantung kehidupan punya artinya sendiri. Bukan penguasa kata, bukan juga penyair megah. Hanya orang biasa yang menemukan kebebasan dalam merangkai kalimat, mengukir jejak dalam sunyi, berharap ada yang membaca dan merasa tidak sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Surat untuk Dia yang Masih Ku Nanti

22 Desember 2024   23:00 Diperbarui: 4 April 2025   05:50 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi Penulis

Tentang rindu yang tak berkesudahan, dan harapan akan lembar baru kehidupan

Terkadang, hidup mengajarkan kita bahwa cinta sejati datang di saat kita paling membutuhkan. Di masa tergelap hidupku, ketika kehilangan sosok ayah yang begitu berarti, Tuhan mengirimkan malaikat penyelamat. Dia, seseorang yang kemudian menjadi alasan bagiku untuk tetap bertahan, untuk terus melangkah meski dengan kaki yang gemetar.

Dua tahun bersamanya bukan sekadar hitungan waktu. Setiap detik bersamanya adalah pembelajaran, setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari diri ini. Bahkan di saat diagnosis psikiater menghantui, dia tetap di sana, menggenggam tanganku, menuntunku keluar dari kegelapan.

Memang, aku tak sempurna. Ada banyak hal yang kulakukan yang tak sesuai dengan harapannya. Begitu pun dia, dengan segala kekurangannya. Tapi bukankah itu yang membuat cinta menjadi begitu istimewa? Kita belajar untuk menerima, untuk memahami, untuk tumbuh bersama.

Kini, setelah jarak memisahkan, aku menyadari betapa besar arti kehadirannya dalam hidupku. Perbedaan status ekonomi yang dulu menjadi tembok penghalang, kini justru menjadi motivasi bagiku untuk terus berbenah. Setiap hari kuhabiskan untuk memantaskan diri, berharap suatu hari nanti, ketika Tuhan mempertemukan kita kembali, aku sudah menjadi pribadi yang lebih baik, yang layak untuknya dan keluarganya.

Mungkin ini terdengar seperti harapan yang terlalu muluk. Tapi bukankah cinta sejati memang selalu memberi kita kekuatan untuk bermimpi? Aku percaya, jika memang dia jodohku, Tuhan akan mempertemukan kami kembali dalam versi terbaik kami masing-masing.

Untuk dia yang masih kunanti, semoga kau juga menemukan kedamaian dalam perjalananmu. Dan jika takdir mengizinkan, mari kita tulis lembaran baru bersama, dengan tinta yang lebih dewasa dan halaman yang lebih berwarna.

By: Gevan Naufal

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun