Mohon tunggu...
Gaudensia Gordina
Gaudensia Gordina Mohon Tunggu... Guru

Hobi Berliterasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah Sintia dan Kekuatan Buku

19 September 2025   07:21 Diperbarui: 19 September 2025   07:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kisah Sintia dan Kekuatan Buku

Ruangan itu gelap, hanya lampu tidur yang menyala redup menemani Sintia. Sudah satu jam berlalu, namun matanya tak kunjung terpejam. Ia bolak-balik memeluk bantal dan guling, mencari posisi yang paling nyaman, tetapi rasa kantuk tak kunjung datang. Ia menyerah, bangun, dan duduk di tepi ranjang. Pikirannya kosong, bingung apa yang harus dilakukan.

"Lebih baik aku nonton sebentar," bisiknya pada diri sendiri.

Seketika, tangannya meraih ponsel. Layar cerah itu menyala, menariknya masuk ke dalam dunia media sosial yang tak berujung. Ia terus menggulir, dari satu postingan ke postingan lain, dari satu video ke video lain. Waktu terus berputar, malam semakin larut. Jarum jam menunjukkan pukul 12.00, namun ia masih belum merasa lelah. Akhirnya, ia meletakkan ponselnya, berharap kali ini ia bisa tidur. Namun, justru rasa kantuk semakin menjauh. Matanya melirik tumpukan buku di meja belajar. Di sana, materi ulangan IPA menunggunya, tetapi niat untuk membacanya sudah hilang ditelan hiburan di layar ponsel.

Pagi harinya, Sintia belum juga bangun. Kakaknya, Diana, masuk ke kamar untuk membangunkannya.

"Sintia, bangun! Ini sudah jam enam, kamu bisa terlambat ke sekolah," seru Diana.

Sintia terbangun kaget dan segera bergegas.

Titik Balik di Ruang Kelas

Di sekolah, suasana kelas hening saat ulangan harian IPA dimulai. Ibu Marni, sang guru, membagikan lembar soal. Semua siswa mulai mengerjakan dengan tenang, hanya terdengar suara detak jarum jam dinding. Namun, bagi Sintia, keheningan itu terasa mencekam. Ia gelisah, bingung, dan otaknya terasa buntu. Sudah satu jam berlalu, tetapi ia tak kunjung menemukan jawaban. Dari sepuluh soal, ia hanya berhasil menjawab dua soal, dan itu pun dengan jawaban yang salah.

Saat memeriksa pekerjaan siswa, Ibu Marni berhenti dan menatap lembar jawaban Sintia. Hatinya merasa prihatin.

"Sintia, apakah kamu tidak membaca materinya?" tanya Ibu Marni dengan lembut saat memanggilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun