Berlatih mindfulness akan membiasakan pikiran kita untuk menyadari gerak pikiran yang halus ini, dan kita juga akan lebih mudah untuk mengambil jeda setiap pikiran kita bereaksi dengan suatu kejadian.
2. Lakukan positive reframing
Reframing merupakan membingkai ulang suatu kejadian, atau kata lain yang lebih umum, menilai suatu kejadian dari perspektif lain.
Pertama-tama, mohon bedakan positive reframing dengan toxic positivity. Toxic positivity adalah memaksakan diri untuk berpikir positif tanpa memedulikan betapa sulit situasinya, dan positive reframing tidak mengajarkan itu.
Positive reframing dapat dilakukan dengan menyadari hal negatif yang sedang muncul, kemudian kita belajar untuk melihat sisi positif dari kejadian yang sebelumnya tidak kita perhitungkan.
Misalnya ketika atasan di kantor memberikan kita tugas yang lebih banyak dibanding rekan kerja yang lain. Kita punya pilihan untuk mengeluh, tetapi mengeluh tidak akan membuat pekerjaan kita berkurang. Kita bisa bingkai ulang kejadian ini dengan pemikiran, "Oh, mungkin bos percaya bahwa aku bisa mengerjakan lebih dibanding karyawan yang lain, ini artinya kesempatan bagiku untuk belajar lebih."
(Mungkin ada pembaca yang dalam hati bergumam, "Ah, itu lagi dimanfaatkan oleh kantor!" Bisa jadi. Tapi lagi-lagi, apakah dengan mengeluh, pekerjaan menjadi berkurang? Mungkin ada lagi yang bergumam, "Resign saja, jangan mau kerja di kantor seperti itu!" Boleh saja, tetapi resign sebelum mendapatkan pekerjaan baru juga bukan keputusan yang terbaik karena bisa mengganggu arus pendapatan kita. Silakan pelan-pelan mencari tempat kerja baru, sambil menyelesaikan tanggung jawab terakhir kita; dan lagi-lagi, kalau kita berhasil menyelesaikannya, pencapaian ini bisa kita cantumkan ke CV kita untuk mendapatkan peluang kerja yang lebih baik)
Positive reframing juga bisa dilakukan ketika kita menyerahkan laporan kepada atasan, tetapi atasan kita menerimanya dengan ekspresi datar. Mungkin kita overthinking, "Bos tidak mengucapkan terima kasih sama sekali, apakah pekerjaanku buruk? Apakah aku akan dinilai jelek?" Bila tidak ada bukti sama sekali bahwa pekerjaan kita buruk, mengapa tidak kita reframe dengan, "Mungkin beliau sedang ada pikiran karena urusan lain, tidak ada sangkut pautnya dengan hasil pekerjaanku."
Banyak cara untuk overthinking, tetapi banyak cara juga untuk tidak overthinking.
3. Cari pengalihan
Metode ini sederhana tetapi sangat efektif. Mengapa kita tidak coba cari pengalihan saja ketika sedang overthink?