Yang tidak punya tempat tinggal di Indonesia silakan memilih hotel. Contohnya orang asing dan WNI yang sudah tidak punya keluarga di tanah air.
Yang punya tempat tinggal di Indonesia bisa langsung karantina di rumah. Pengecekan ke rumah - rumah dilakukan petugas yang berwenang, seperti yang dilakukan di Jerman oleh Ordnungsamt - petugas tibmas. Yang melanggar diberi surat tilang alias kena denda.
Yang WNI ingin karantina di hotel tetap diperbolehkan karena beberapa alasan, tapi tidak dipaksa.
Teman-teman, pemahaman saya tentang falsafah Jerman yang sangat menghargai individu juga semakin dalam. Sejak kanak-kanak, orang Jerman sudah diajari untuk berkata "tidak", jika apa yang dialami tidak sesuai nurani. Nggak diajari sebagai "yes man." Nggak!
Makanya tidak ada pemaksaan karantina hotel melainkan karantina mandiri di rumah untuk semua warga Jerman. Artinya tanpa kasta. Semua boleh karantina di rumah, tidak dibedakan rumah dan hotel.
Menilik berita tentang karantina di wisma khusus bagi ASN, mahasiswa/pelajar dan BMI serta hotel bagi WNA dan WNI di luar kategori tadi. Apakah hotel-hotel juga sudah disiapkan dengan vaksinasi lengkap serta PCR staff dan karyawannya. Selama karantina di hotel, bukankah hanya mereka yang kontak dengan yang di karantina? Jangan sampai warga ketularan dari karyawan hotel seperti kasus Omikron di wisma atlet Kemayoran?
Kalau ada yang komentar, "kalau ke luar negeri bisa habis ratusan juta kalau kembali menolak karantina hotel puluhan juta, nggak usah pergi-pergi saja." Urusan travel memang urusan pribadi, walau negara sudah merekomendasikan untuk berwisata ke dalam negeri saja. Saya bisa merasakan gejolak traveler yang mumpung masih hidup, jalan-jalan. Lain soal kalau ada travel ban, sudah ada hukumnya.
Anyway, tahukah yang komentar seperti itu, bahwa tidak semua yang kembali ke tanah air buat jalan-jalan atau shopping. Banyak yang banting tulang mencari rejeki di negeri orang, pulang ke Indonesia sebab ada yang urus kartu, surat-surat atau bahkan keperluan keluarga.
Contohnya ada yang meninggal atau sakit sehingga terpaksa mudik. Nyesek kan karena dalam keadaan sedang susah.
Kata suami saya, "Begini cara negaramu menyayangi warga negaranya." Speechless. Dalem.
Baik, untuk urusan vaksin, Indonesia paling jago, mengungguli Jerman. Jerman gudangnya vaksin, sumbernya vaksin tapi rakyatnya masih banyak yang ogah divaksin. Ya itu tadi, HAM sangat dijunjung tinggi di sana. Yang harus mereka bayar dan nggak bisa ditawar adalah peraturan seperti nggak boleh masuk toko tertentu, nggak boleh masuk cafe atau restoran, nggak boleh naik transport umum dan ketentuan lain yang akhirnya membuat mereka berpikir dua kali untuk nggak vaksin dan menyegerakan dalam waktu dekat.
Tetapi babagan karantina ini, nggak ada salahnya Indonesia mencontoh negara yang memiliki 16 negara bagian itu.
Karantina? Mengapa nggak di rumah saja seperti di Jerman? Supaya rakyat biasa tidak ikut terbebani. (G76).