Kedua, kebal dari aturan jam malam. Beberapa waktu lalu misalnya, ada aturan jam malam dari jam 10 malam sampai 5 pagi. Yang sudah terpapar boleh begadang sesukanya.
Menurut pengalaman kami, saking takutnya ada kontrol dari polisi, tamu-tamu kami akhirnya memutuskan lebih baik menginap di rumah kami, ketimbang melintasi jalan dan ditangkap bahkan didenda karena melanggar aturan.
Ketiga, tak perlu dikarantina dan tanpa tes negatif saat berlibur di daerah berisiko corona. Tinggal menunjukkan bukti PCR tes dari laboratorium yang masih berlaku ketika kembali ke Jerman.
Kewajiban karantina pun juga tidak berlaku baginya. Pengecualian adalah jika yang sudah pernah terpapar atau "Genesen" ini punya kontak dengan mereka yang terpapar mutan dari virus Covid-19.
Lalu, memiliki hak yang sama dengan mereka yang sudah dites negatif selama berlibur.
Geimpft (yang sudah divaksin)
Kami berdua sudah divaksin di dokter kampung. Buktinya tertera di buku kuning imunisasi yang biasanya dimiliki setiap warga Jerman sejak lahir.
Saya sudah pernah cerita, ya. Karena saya pindahan dari Indonesia, jadi saya juga punya dan harus mengulang semua imunisasi pokok karena ada aturan setiap 10 tahun sekali harus diperbarui.
Dan untuk mempermudah administrasi, kami sudah mengurus bukti digital vaksin corona, yang bisa disimpan di dalam HP sehingga dibawa ke mana saja tiada lupanya.
Bukti ini memang praktis ketika travel ke luar negeri. Ini sudah saya buktikan ketika saya backpacking ke Oslo, Norwegia selama 5 hari.
Membawa e-sertifikat corona (boleh dalam Bahasa Jerman, Inggris, Prancis, Italia atau Spanyol) memperlancar perjalanan. Yang nggak punya itu, harus antre panjiangggg bak ular naga. Kebanyakan orang membawa tes negatif saja.