Nggak heran kalau ada koran atau majalah yang memuat lowongan kerja, disebutkan persyaratannya adalah M (Mnnlich = laki-laki), W (Weiblich = perempuan) atau D (Diverse, yang tidak termasuk dari keduanya).
Jerman memang mayoritas penduduknya memeluk Katolik Roma, kelompok yang sangat memegang tradisi dan agama dari nenek moyangnya. Namun dalam perkembangannya, negara sosis ini semakin terbuka dan menerima kehadiran mereka. Untuk saat ini masih mustahil di Indonesia karena negara kita berbeda dan berhak menentukan ciri khasnya.
Pengungsi, jangan dibully
Dari fisik, kita beralih ke masalah psikis.
Saya sudah sering cerita ya, bahwa demografi Jerman itu timpang. Lebih banyak lansia daripada generasi muda, sedangkan perkiraan jumlah kelahirannya tidak seperti yang diharapkan. Maka dari itu, Jerman memiliki keputusan politik yang menerima para pengungsi dari negara konflik seperti Suriah, Irak dan sejenisnya. Supaya kemudian hari, generasi mereka mampu menyokong negara dengan bekerja dan membayar pajak supaya negara bisa membayar pensiun lansia yang jumlahnya banyak. Ingat tante suami saya yang kemarin baru ultah ke -99, ia bukan satu-satunya di Jerman yang mampu melewati usia langka di negara kita itu.
Makanya, nggak heran kalau di Jerman dari tahun ke tahun semakin banyak pengungsi yang berduyun-duyun antri masuk. Yang sudah bertahun-tahun berada di Jerman, mereka mencoba beradaptasi, mengadu nasib yang lebih baik daripada reruntuhan dan bombardir bom yang meluluhlantakkan negara dan menyisakan bangkai, darah dan tangis.
Soulin, 20 tahun dari Suriah menjadi peserta GNTM pertama yang memberanikan diri untuk mengikuti kompetisi bergengsi para gadis Jerman ini.
Ia cerita bahwa mengungsi ke Jerman di usia belasan tahun. Waktu itu adalah masa yang susah. Perjalanan panjanga dari Suriah ke Jerman dengan kapal, terombang-ambing oleh ombak besar yang bisa saja merenggut nyawa. Tinggal di camp penampungan seperti tenda bencana, sampai ke tempat penampungan yang lebih layak huni.
Penerimaan masyarakat waktu itu belum seperti sekarang. Cemoohan dan bully diterimanya. Beruntung ia dan keluarganya berhasil melewati masa-masa sulit dan membuktikan bahwa mereka bisa mendapat kesempatan yang sama dan tidak menyia-nyiakannya.
Dengan penampilan tubuh yang menjulang dan wajah yang khas bukan Eropa, menjadi daya tarik tersendiri. Ditambahkannya, ia juga rajin olahraga. Itu barangkali yang membuat tubuhnya bagus dan fit. Kita lihat saja apakah ia mampu melewati babak berikutnya?
Dari keikutsertaannya, ini membuktikan bahwa pengungsi atau di Jerman disebut "Fluechtlinge", bukan kelas dua. Mereka punya hak dan kewajiban yang sama di negara yang memiliki 16 negara bagian itu.