[caption id="attachment_388153" align="aligncenter" width="346" caption="Jepit kecil bantu bentuk batang ikut kawat"]

10.Jenis anggrek yang paling mudah dirawat dan ditemui serta disukai orang Jerman adalah jenis Phalaenopsis (daun dan bunganya lebar). Saya kebanyakan pelihara ini. Ada juga beberapa jenis Chambria (daunnya seperti rumput panjang dan tipis).
[caption id="attachment_388154" align="aligncenter" width="512" caption="Jenis Cambria dengan daun panjang dan lebih tipis"]

[caption id="attachment_388155" align="aligncenter" width="512" caption="Jenis Phalaenopsis, lebih mudah ditemukan dan dirawat"]

11.Ternyata, menanam anggrek bisa dengan stek lho. Seorang teman Thailand yang lama di Jerman dan mengalami sindrom serupa dengan saya (selalu diberi anggrek) akhirnya berhasil mengembangkan anggrek sendiri tanpa beli, yakni dari memotong tunas dari batang. Kalau sudah berhasil, saya akan bagi resep, deh. Tapi tidak sekarang yaaaa ... belum lulus.
12.Bunga anggrek saya yang sehat dan subur bisa mencapai 40 bunga (dalam dua batang). Kalau apes, ya, paling banter 2 atau 4 (dari satu batangnya) sudah bagus. Saya ajak bunga ngobrol, “Hi, anggrek ..., apa kabarmu? Aduh, bungamu cantik sekali. Nah, tetap sehat dan banyak bunga, ya? Jangan sakit ....“ Biar tidak ngambek ....
[caption id="attachment_388126" align="aligncenter" width="512" caption="Satu pot empat puluh bunga ...."]

[caption id="attachment_388127" align="aligncenter" width="512" caption="Satu pot delapanbelas bunga ...."]

13.Selama ini bunga-bunga anggrek saya belum ada yang jamuran, jangan sampai. Karena ini berarti sakit dan terlalu lembab dan bisa menular ke bunga anggrek di sebelahnya, sampai kata orang bisa menimbulkan titik-titik di kelopak bunga dan menjalar ke mana-mana. Ngeri. Kalau yang bergetah sudah ada satu pot, tapi tetap tumbuh batang baru dan berbunga.
14.Agar daun tidak kusam, kuat (bahkan tidak kempot) dan menghindari banyak debu, semprot daun sebulan sekali dengan cairan khusus Orchideenglanz (atau air biasa juga bisa kalau sedang tidak ada persediaan) dan usap dengan kain kering. Wow, mengkilat! Daun yang terlalu banyak sinar matahari akan berwarna terbakar atau kurang sinar matahari, warnanya kuning. Keduanya tidak segar di mata, layuuuu .... Biasanya segera saya pisahkan, masuk sampah dan dipindah lokasi.
15.Saya tidak pernah memotong akar bunga anggrek yang menjalar, kecuali kalau sudah berwarna coklat dan mengering, tak lagi hijau. Kesannya, kok seksi panjang-panjang gitu (tua-tua keladi, makin panjang makin seksi xixixi).
16.Moos atau lumut dari hutan biasa kami kumpulkan sebagai oleh-oleh jalan-jalan ke hutan. Ini saya tempatkan di atas akar anggrek biar lembab. Kalau sudah kering, tinggal disemprot atau direndam di dalam air lalu diperas, kembalikan ke permukaan semula. Lumut ini memperindah bunga lho.
[caption id="attachment_388156" align="aligncenter" width="512" caption="Moos, lumut ambil dari hutan"]

17.Tak kenal maka tak sayang, saya memberi nama pada anggrek-anggrek dan menuliskan di pot untuk mengingat dan menyapa mereka dengan nama. Misalnya bernama IDA karena yang memberi adalah tante saya, budhenya suami. Atau ANGELIKA si tetangga, nama suami dan anak-anak, GYBS alias grup senam aerobik saya, KALAYA teman dari Thailand, MONICA, GANA (karena beli sendiri) dan masih banyak lagi .... Asyik, kan?
[caption id="attachment_388157" align="aligncenter" width="512" caption="Ida, ditempel dengan sticker"]

[caption id="attachment_388158" align="aligncenter" width="512" caption="Monika, teman kenalan dari liburan di Hungaria"]

[caption id="attachment_388159" align="aligncenter" width="512" caption="Kalaya, teman lama dari Thailand."]

[caption id="attachment_388160" align="aligncenter" width="512" caption="Ottfried Preußler, SD tempat saya dulu ajari tari Indonesia"]

18.Selamat mencoba.
***
Meski pengalaman saya soal anggrek belum ada dua puluh lima tahun seperti seorang dokter langganan saya, lagi ngimpi suatu hari bikin buku tentang anggrek, bisa tidak yaaa. Pasti bisa kalau niat dan dijalani.