Mohon tunggu...
Frid gato Ma
Frid gato Ma Mohon Tunggu... Nelayan - KEA

ULTRAMEN _ VOLUNTARISME

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketahanan Budaya Lokal Masyarakat Diaspora Ngadha di Kampung Bhoakora

12 Juni 2018   18:19 Diperbarui: 12 Juni 2018   19:14 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejauh hasil wawancara didapatkan informasi mengenai mata pencaharian masyarakat diaspora Ngadha di Bhoakora ialah sebagai berikut: 45% sebagai petani, 20% sebagai pegawai, 10% sebagai pengusaha/wirausaha, dan sisahnya ialah mata pencaharian lain. Hampir tidak ada masyarakat diaspora Ngadha yang bermata pencaharian tetap sebagai nelayan, namun ada beberapa yang sesekali waktu mencari ikan di laut untuk dikonsumsi, dan dijual jika lebih. Sebagian masyarakat pula, terutama para pemuda yang merantau ke negara tetangga.

Renung Ketahanan Budaya Lokal Masyarakat Diaspora Ngadh

       Salah satu pemikiran dari Herakleitos (550-480 SM) yang terkenal ialah Panta Rhei!, bahwa segala sesuatu mengalir.

[31] Pernyataan ini hemat saya masih relevan dengan keberadaan budaya lokal. Bagaimana pun produk manusia yakni budaya/kebudayaan yang kompleks ini tidak akan tetap, tanpa ada perubahan. Perkembangan zaman dan arus globalisasi yang deras membuat eksistensi dari budaya tersebut menjadi lebih fleksibel. 

Budaya sendiri harus menerima perubahan guna diterima oleh manusia yang hidup di zaman milenial ini. Kenyataan ini terlihat bagaimana ada kebudayaan-kebudayaan tertentu yang direkonstrusi sedemikian rupa agar sesuai dengan konteks zaman. Ketahanan budaya lokal yang masih diperjuangkan oleh masyarakat diaspora Ngada di kampung Bhoakora merupakan sebuah prestasi yang teramat mengagumkan. Rasa kesatuan dalam darah menjadi kekuatan tersendiri bagi mereka untuk bertanggung jawab melestarikan dan menghidupi budaya-budaya lokal tersebut, kendati pun beberapa point yang harus direkonstruksi  karena alasan-alasan tertentu.

Dalam dasar-dasar sosialisasi, dikatakan untuk menjadi sungguh manusia, membutuhkan kontak sosial.

[32] Menarik bahwa keberadaan kaum mayoritas (masyarakat asli) tidak menggangu keberadaan mereka. Kontak sosial antara kaum mayoritas-minoritas terjalin dengan penuh keharmonisan. Bahkan beberapa keluarga yang adalah keturunan dari penghuni asli kampung Bhoakora hidup membaur, menjalani hidup secara rukun dengan masyarakat diaspora, saling menghargai dan menghormati, hidup selayaknya seperti satu keluarga besar. 

Bahkan tidak jarang kaum mayoritas juga membantu kelancaran masyarakat diaspora dalam menjalankan aktifitas kebudayaan lokal. Sebagai makhluk yang bertuhan maka sudah pantas dan selayaknya, kita saling mencintai satu sama lain, sebagaimana Tuhan menganugerahkan keselamatan kepada semua orang. Maka kita pun dintutut demikian, menjadi serana untuk membawa orang pada kebahagian hidup yang bersumber pada-Nya.

 Alam natural yang diolah menjadi alam kultural adalah hasil pengungkapan diri insani dengan mengolah alam kosmis dan alam antropologis ke dalam materi fisik maupun non-fisik dan menjadi warisannya yang dinamis (Vatikan II, GS 53). Tuhan telah memberi kita, melalui Alkitab, visi orang yang telah ditebus sebagai "orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku dan umat dan bahasa, berdiri di hadapan takhta..." (Why 7:9). Masyarakat harus ditandai dengan keadilan  (tidak adanya diskriminasi) dan kerukunan (tidak adanya konflik)  bagi semua kelompok etnis.kita mencita-citakan masyarakat yang sepenuhnya terintegrasi, yang secara berkelanjutan mensyukuri (menjunjung) keragaman.[33]

       Budaya lokal yang terus diwarisi dari generasi ke generasi, merupakan bentuk kritalisasi dari nilai tanggung jawab yang ada dalam diri masyarakat diaspora. Membangun kelompok besar dan hidup bersama sebagai kelompok minoritas, dengan terus melestarikan kebudayaan lokal yang diwarisi oleh generasi sebelumnya, membuat keseimbangan hidup mereka tetap terjaga. 

Namun perihal demikian tentunya akan dihadapkan dengan beberapa persoalan dan tantangan yang bersifat eksternal maupun internal. Namun tuntutan untuk berubah, merupakan konsep yang tidak dapat dihindari. Kecermatan dan kematangan emosional menjadi aspek utama yang harus dimiliki oleh tiap individu sebagai anggota masyarakat. Arus globalisasi dan paham-paham lain yang masuk ke dalam kelompok minoritas ini harus selalu disaring, guna tidak memudarkan bahkan menghilangkan budaya lokal yang adalah aset berharga yang mereka miliki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun