Mohon tunggu...
Frida Ade Vantika
Frida Ade Vantika Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

2307040056 Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melemahnya Rupiah : Ancaman atau Peluang bagi Indonesia?

6 Mei 2025   19:02 Diperbarui: 6 Mei 2025   19:15 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) adalah isu yang sering menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Hal ini wajar, karena dampaknya terasa di berbagai aspek kehidupan kita. Mulai dari harga kebutuhan sehari-hari, hingga stabilitas ekonomi secara keseluruhan, pelemahan Rupiah kerap memunculkan kekhawatiran, baik di kalangan masyarakat umum, dunia usaha, maupun pemerintah.
Salah satu penyebab utama pelemahan Rupiah adalah faktor eksternal, seperti penguatan Dolar AS. Dolar dianggap sebagai mata uang paling stabil di dunia, sehingga saat kondisi global tidak menentu, misalnya karena perang, krisis ekonomi, atau kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, banyak investor yang memilih menyimpan uangnya dalam bentuk Dolar. Fenomena ini meningkatkan permintaan terhadap Dolar, yang secara otomatis membuat mata uang lain, termasuk Rupiah, menjadi lebih lemah.
Di sisi lain, ada juga faktor internal yang berpengaruh, seperti defisit transaksi berjalan Indonesia. Defisit ini terjadi ketika nilai impor lebih besar daripada ekspor, yang artinya kita membutuhkan lebih banyak Dolar untuk membayar barang-barang dari luar negeri. Hal ini menciptakan tekanan tambahan pada Rupiah. Selain itu, stabilitas politik, inflasi, dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia juga memainkan peran penting dalam menentukan kuat atau lemahnya nilai tukar.

Lalu, apa dampaknya bagi kita? Di level masyarakat, pelemahan Rupiah sering berarti kenaikan harga barang-barang impor, seperti elektronik, obat-obatan, hingga bahan baku untuk industri. Akibatnya, harga barang di pasar lokal ikut naik, yang langsung memengaruhi daya beli kita, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Biaya perjalanan ke luar negeri juga menjadi lebih mahal, sehingga masyarakat yang ingin berlibur atau belajar ke luar negeri perlu mengeluarkan lebih banyak uang.
Untuk dunia usaha, pelemahan Rupiah membawa tantangan besar, terutama bagi perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk Dolar. Ketika Rupiah melemah, jumlah yang harus dibayar menjadi lebih besar. Ini bisa menekan keuntungan mereka, bahkan memengaruhi keberlangsungan bisnis. Namun, ada sisi lain dari cerita ini: bagi perusahaan yang berorientasi ekspor, pelemahan Rupiah bisa menjadi keuntungan, karena produk mereka menjadi lebih murah dan lebih kompetitif di pasar internasional. Sayangnya, keuntungan ini sering kali tidak cukup besar untuk mengimbangi dampak negatif secara keseluruhan, terutama jika bahan baku yang mereka gunakan juga harus diimpor.

Dampaknya juga dirasakan oleh pemerintah. Ketika nilai tukar Rupiah melemah, biaya impor barang-barang strategis seperti bahan bakar minyak (BBM) menjadi lebih mahal. Hal ini bisa meningkatkan beban subsidi energi yang harus ditanggung pemerintah. Akibatnya, anggaran untuk sektor lain seperti pendidikan atau kesehatan bisa terganggu.
Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah dan Bank Indonesia memiliki beberapa langkah yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Caranya adalah dengan menggunakan cadangan devisa atau menaikkan suku bunga acuan. Namun, kebijakan ini memiliki konsekuensinya sendiri. Jika suku bunga naik, misalnya, masyarakat dan pelaku usaha mungkin akan menunda konsumsi atau investasi, yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Dalam jangka panjang, kita perlu mengurangi ketergantungan pada impor dengan memperkuat sektor ekspor. Pemerintah bisa mendorong pengembangan industri manufaktur, pariwisata, atau produk-produk lokal yang memiliki nilai tambah tinggi. Langkah ini tidak hanya membantu menyeimbangkan transaksi berjalan, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan negara.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk lebih melek ekonomi. Dengan pemahaman yang baik tentang investasi, kita bisa melindungi diri dari fluktuasi nilai tukar, misalnya dengan mendiversifikasi aset ke dalam mata uang asing atau instrumen keuangan lainnya.
Pelemahan Rupiah terhadap Dolar memang bukan masalah yang mudah diatasi, karena banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar kendali kita. Namun, ini bukan berarti kita hanya bisa pasrah. Dengan kebijakan yang tepat, komitmen pemerintah, dan dukungan dari masyarakat, Indonesia bisa lebih siap menghadapi tantangan ini. Pada akhirnya, pelemahan Rupiah bukan hanya soal angka di layar, tetapi juga cerminan bagaimana kita sebagai bangsa menghadapi dinamika ekonomi global dan domestik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun