Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Membaca, Berproses, Menulis, dan Berbagi || Portal Pribadi: www.tafenpah.com www.pahtimor.com www.hitztafenpah.com www.sporttafenpah.com ||| Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Esensi Ramadan Tak Berubah, Walau Dirayakan di Tengah Pandemi

14 April 2021   17:19 Diperbarui: 14 April 2021   17:48 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Esensi Ramadan tak berubah untuk berbuat kebaikan kepada sesama, walau dirayakan di tengah Pandemi.Foto dari Radarbogor.id

Kadar berpuasa selama sebulan  bagi umat Muslim sedikit pun tak berubah, meski dirayakan di tengah Pandemi. Ramadan sebagai jalan untuk mempertanyakan kepada diri sendiri, sudah sejauh mana saya berbuat kebaikan kepada sesama? Kalau bukan aku, siapa lagi?

Pandemi bukan menjadi alasan utama untuk tidak  membersihkan hati dan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Menunaikan ibadah keagamaan dalam kondisi apapun tak bermasalah. Asalkan kita memiliki niat yang baik.

Niat baik biasanya timbul dari pikiran yang jernih dan bijak dari setiap orang. Ibarat senyuman yang terpancar dari raut wajah seseorang, itu berasal dari kejernihan hatinya.

Umat Muslim merayakan bulan berkah ini dalam kondisi yang berbeda dan kurang lebih seperti tahun lalu. Belajar dari apa yang sudah berlalu, seharusnya semangat untuk beradaptasi dalam kondisi apapun mesti dimiliki orang setiap orang.

Bulan Ramadan sebagai ajang pembenahan diri. Bulan yang tepat untuk bergaul dengan diri sendiri dalam setiap untaian doa. Kesibukan selama setahun, dan terkadang sadar atau tidak sadar, kita pasti melupakan momen-momen, di mana kuasa Tuhan (Allah) menyelamatkan kita dari peristiwa apapun.

Sebagai ungkapan terima kasih dan sembah sujud dihadapan-nya, kita menjadikan momen Ramadan sebagai ajang pergumulan dari setiap peristiwa kehidupan yang sudah kita lalui selama setahun.

Bulan Ramadan sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Sembari kita berdoa, meminta petunjuk kepada Kuasa-Nya untuk keluar dari permasalahn hidup yang kita alami setiap hari.

Salah satu mentor dalam dunia kepenulisan saya seorang penulis Islam yang berasal dari Jawa Timur yakni, Ahmad Rifa'I Rif'an pernah mengatakan bahwa," Sejarah mencatat bahwa orang-orang besar memiliki jiwa yang sangat pemaaf. Mereka tak mau mengerdilkan dirinya dengan menjadi pribadi yang pendendam. Bagi mereka cara terbaik untuk mengekspresikan dendam adalah dengan meraih kesuksesan."

Bulan Ramadan adalah mediasi atau jembatan bagi kita untuk menstransfer energi positif dalam kehidupan. Kita diajak untuk menjadi seorang yang mudah memaafkan kesalahn sesama. Memaafkan adalah bagian dari ekpresi para Nabi dalam mengajarkan kita untuk mencapai puncak kesempurnaan hidup.

Ramadan ajang untuk berbuat baik kepada sesama. Foto dari Marein-re.com.
Ramadan ajang untuk berbuat baik kepada sesama. Foto dari Marein-re.com.

Barangkali sebelum Ramadan, kita telah mengejar banyak hal dalam hidup kita. Jatuh dan bangun kita lalui. Tanpa sadar kita menghabiskan separuh hidup kita untuk mengejar sesuatu yang belum tentu kita gapai. Akibatnya kita menelantarkan orang-orang yang kita cintai.

Ramadan mengajarkan kepada kita untuk menyadari diri sendiri bahwa kehidupan ini diberikan secara Cuma-Cuma oleh Sang Pencipta. Sebagai bentuk pertanggungjawabannya, kita pun diminta untuk memberikan manfaat kepada orang lain di sekitar kita.

Lalu, apakah hidup kita sudah memberikan manfaat bagi sesama?

Pertanyaan refleksi ini  patut kita renungi untuk memaknai kehidupan kita di bulan Ramadan ini. Ramadan sebagai pintu taubat dan sarana berbagi kasih dan kebaikan kepada sesama. Karena ketika kita lahir, kita pun tak pernah memilih untuk dilahirkan dari budaya mana, agama apa, ras dan suku apapun. Yang terpenting kita adalah sesama suku bangsa Indonesia.

Terakhir saya kembali mengutip penulis sekaligus orang yang membawa saya pada dunia kepenulisan yakni Mas Ahmad Rifa;I Rif;an yang berpesan bahwa," Ketika jiwamu bertabur cinta, maka atas kehendak Tuhan, semesta pasti akan melimpahkan anugerahnya. Sambar peluang berbuat baik secepat kilat. Kebaikan kalau tak kita rebut, tak lama ia pasti akan luput."

Artinya, ketika kebaikan di bulan Ramadan dibagikan kepada sesma yang berbeda keyakinan, tanyakan pada diri sendiri, kapan lagi aku harus berbuat kebaikan? Kalau bukan aku, siapa lagi.

Sekian inspirasi dari penulis sekaligus mentor saya dalam dunia kepenulis, Mas Ahmad Rifa'I Rif;an.

Selamat berbuka puasa saudara-saudari umat Muslim di mana pun. Salam Bhineka Tunggal Ika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun