Apa Gunanya Janji Konstitusi Kalau Anak Masih Tertinggal?
Ini bukan sekadar soal anak-anak tak bisa membaca, menulis, atau berhitung. Ini soal satu generasi yang kehilangan hak untuk bermimpi. Jika kamu menganggap putus sekolah hanya urusan mereka yang “malas” atau “tidak beruntung”, mungkin kamu belum cukup dekat melihat kenyataan.
Pendidikan adalah hak, tapi juga tanggung jawab bersama. Negara punya kewajiban untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal. Tapi masyarakat, termasuk kamu, juga punya peran besar. Banyak dari kita yang memilih diam, atau merasa tak mampu berbuat apa-apa. Padahal, perubahan bisa dimulai dari kesadaran dan keberpihakan.
Sekolah harus didesain ulang agar lebih manusiawi, lebih kontekstual, dan lebih fleksibel. Kita butuh sistem yang tidak hanya mengejar angka kelulusan, tapi menjamin bahwa setiap anak benar-benar belajar dan berkembang sesuai potensinya. Pendekatan satu arah dari atas ke bawah sudah tidak relevan. Perlu keterlibatan komunitas, guru yang diberdayakan, kurikulum yang membumi, dan kebijakan yang lentur terhadap perbedaan konteks lokal.
Dan yang paling penting, kita perlu berhenti melihat pendidikan sebagai proyek tahunan. Ini adalah misi jangka panjang, investasi yang tak hanya mengubah nasib individu, tapi juga wajah bangsa. Karena negara yang membiarkan anak-anaknya putus sekolah, sesungguhnya sedang menulis babak kegagalannya sendiri.
Penutup
Kalau pendidikan memang hak semua anak, maka tak boleh ada satu pun dari mereka yang harus mengemis di perempatan, menjual minuman di terminal, atau memikul karung di tempat sampah saat teman-temannya duduk di bangku sekolah. Hak tidak boleh berhenti di atas kertas. Hak harus menjelma jadi kenyataan yang bisa dirasakan oleh setiap anak, tanpa kecuali.
Mungkin kita tak bisa menyelesaikan semua masalah hari ini. Tapi setidaknya, kita bisa mulai dengan satu hal: tidak membiarkan mereka dilupakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI