Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jika Pendidikan Hak Setiap Anak, Bagaimana Mereka Yang Putus Sekolah?

2 Juni 2025   14:05 Diperbarui: 2 Juni 2025   12:47 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pelajar sedang membaca.(canva.com)

Apa Gunanya Janji Konstitusi Kalau Anak Masih Tertinggal?

Ini bukan sekadar soal anak-anak tak bisa membaca, menulis, atau berhitung. Ini soal satu generasi yang kehilangan hak untuk bermimpi. Jika kamu menganggap putus sekolah hanya urusan mereka yang “malas” atau “tidak beruntung”, mungkin kamu belum cukup dekat melihat kenyataan.

Pendidikan adalah hak, tapi juga tanggung jawab bersama. Negara punya kewajiban untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal. Tapi masyarakat, termasuk kamu, juga punya peran besar. Banyak dari kita yang memilih diam, atau merasa tak mampu berbuat apa-apa. Padahal, perubahan bisa dimulai dari kesadaran dan keberpihakan.

Sekolah harus didesain ulang agar lebih manusiawi, lebih kontekstual, dan lebih fleksibel. Kita butuh sistem yang tidak hanya mengejar angka kelulusan, tapi menjamin bahwa setiap anak benar-benar belajar dan berkembang sesuai potensinya. Pendekatan satu arah dari atas ke bawah sudah tidak relevan. Perlu keterlibatan komunitas, guru yang diberdayakan, kurikulum yang membumi, dan kebijakan yang lentur terhadap perbedaan konteks lokal.

Dan yang paling penting, kita perlu berhenti melihat pendidikan sebagai proyek tahunan. Ini adalah misi jangka panjang, investasi yang tak hanya mengubah nasib individu, tapi juga wajah bangsa. Karena negara yang membiarkan anak-anaknya putus sekolah, sesungguhnya sedang menulis babak kegagalannya sendiri.

Penutup

Kalau pendidikan memang hak semua anak, maka tak boleh ada satu pun dari mereka yang harus mengemis di perempatan, menjual minuman di terminal, atau memikul karung di tempat sampah saat teman-temannya duduk di bangku sekolah. Hak tidak boleh berhenti di atas kertas. Hak harus menjelma jadi kenyataan yang bisa dirasakan oleh setiap anak, tanpa kecuali.

Mungkin kita tak bisa menyelesaikan semua masalah hari ini. Tapi setidaknya, kita bisa mulai dengan satu hal: tidak membiarkan mereka dilupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun