Protozoa dan Mikrofauna Lainnya
Meskipun kurang dikenal, protozoa juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem mikro dalam kompos. Mereka bertugas untuk mengontrol populasi bakteri agar tetap stabil dan tidak berkembang secara berlebihan dan mengakibatkan proses kompos menjadi terganggu. Selain itu, cacing tanah dan serangga mikro seperti kutu kayu juga membantu mempercepat penguraian dengan cara menggemburkan kompos dan meningkatkan aerasi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Mikroorganisme dalam Kompos
Meskipun mikroorganisme secara alami akan berkembang dalam tumpukan kompos, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dan efektivitas mereka dalam mengurai bahan organik. Jika salah satu faktor ini tidak seimbang, proses pengomposan bisa menjadi lebih lambat atau bahkan gagal.
1. Rasio Karbon dan Nitrogen (C/N Ratio)
Mikroorganisme membutuhkan karbon sebagai sumber energi dan nitrogen untuk pertumbuhan. Rasio yang  paling ideal untuk pengomposan adalah sekitar 25:1 hingga 30:1. Jika karbon terlalu tinggi, pengomposan akan berjalan lambat karena kekurangan nitrogen. Sebaliknya, jika nitrogen terlalu tinggi, kompos bisa menjadi berlendir dan berbau tidak sedap akibat produksi amonia berlebihan.
2. Kelembapan
Mikroorganisme membutuhkan lingkungan yang cukup lembab untuk bisa berkembang dengan baik. Jika terlalu kering, mereka akan berhenti bekerja. Jika terlalu basah, proses penguraian bisa menjadi lambat karena mengalami kurangnya oksigen. Kelembapan optimal untuk pengomposan adalah sekitar 40--60%.
3. Aerasi (Oksigenasi)
Sebagian besar mikroorganisme dalam kompos bersifat aerobik, yang berarti mereka membutuhkan oksigen untuk bekerja. Jika kompos tidak mendapatkan sirkulasi udara yang cukup, bakteri anaerob akan berkembang dan menyebabkan bau busuk akibat produksi gas metana dan hidrogen sulfida.
4. Suhu